Mereka bersama ratusan warga baik tua muda, lelaki, perempuan, pemuda, dan anak-anak berjalan kaki dengan menandu replika itu mengelilingi berbagai jalan kampung sepanjang sekitar 500 meter di Dusun Wonolelo, Desa Bandongan, Kabupaten Magelang.
Puluhan anak-anak membawa obor dan sejumlah seniman Sanggar Wonoseni dengan pemimpin tertinggi Ki Ipang itu memainkan atraksi "sembur api" selama kirab yang juga ditandai dengan lantunan takbir tersebut.
Suara berbagai alat musik tradisional seperti bedug, terbang, dan kentongan bertalu-talu ditabuh mereka selama takbiran yang dimulai dari depan Sanggar Wonoseni dan berakhir di halaman Masjid Al-Mu`in di dusun setempat yang berjarak sekitar tujuh kilometer barat Kota Magelang tersebut.
Saat rombongan kirab takbiran tiba di depan masjid setempat, sejumlah warga menyalakan puluhan kembang api, sedangkan anak-anak mengumpulkan obor mereka di halaman itu untuk dibentuk gunungan api unggun.
Ketua Harian Sanggar Wonoseni Bandongan, Bambang Ardiansah, mengatakan, anggota seniman setempat membuat replika ketupat raksasa berdiameter empat meter dengan lebar 2,5 meter menggunakan sekitar 600 batang janur, selama empat hari terahir.
"Masyarakat mengungkapkan kegembiraan menyambut 1 Syawal 1432 malam ini (30/8) melalui kirab takbir dengan mengusung ketupat raksasa," katanya.
Ia menyebut ketupat sebagai simbol atas permintaan maaf terutama antarmasyarakat Islam setempat setelah sebulan berpuasa.
(M029*H018)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011