... korban kecelakaan akibat petasan selama bulan Agustus yang masuk RSU Dr Soetomo sebanyak 13 orang...

Surabaya (ANTARA News) - Petasan dengan bunyi dan efek letusannya memang memesona. Asik memang main petasan, tapi ternyata Rumah Sakit Umum Dr Soetomo Surabaya sudah merawat lima korban ledakan petasan itu.

Kelima orang itu adalah bagian dari 12 orang pasien dari luar kota yang menjadi korban kecelakaan, termasuk tujuh korban kecelakaan lalu-lintas.

"Untuk saat ini baru 12 pasien yang masuk dan semua pasien berasal dari luar kota Surabaya," ujar Kepala Instalasi Rawat Darurat RSU Dr Soetomo Surabaya, dr Urip Murtedjo, ketika dikonfirmasi wartawan di Surabaya, Selasa.

Dengan demikian, korban kecelakaan akibat petasan selama bulan Agustus yang masuk RSU Dr Soetomo sebanyak 13 orang.

Sebelumnya, delapan korban petasan --produk kebudayaan mesiu China sejak sebelum masehi-- sudah dirujuk ke rumah sakit terbesar di kawasan timur Indonesia tersebut.

Dari pasien korban petasan tersebut, lanjut Urip Murtedjo, beberapa di antaranya ada yang harus diamputasi bagian jari tangannya, karena kondisinya luka parah.

"Kurangnya kesadaran dan minimnya informasi tentang bahaya petasan menjadi salah satu faktor penyebab masih banyaknya masyarakat yang bermain petasan," kata Urip.

Sementara itu, pada tahun ini jumlah korban petasan yang dirujuk ke RSU Dr Soetomo Surabaya meningkat lebih dari 50 persen. Menurut catatan, pada 2011 korban berjumlah 13 pasien, sedangkan tahun lalu hanya lima orang.

Dari beberapa korban, ada yang menderita luka paling parah, yakni mengalami luka bakar di bagian tangan dan harus menginap di rumah sakit selama satu malam.

Masing-masing korban bernama Sulaiman (50) dan Misnadi (51) asal Surabaya. Kemudian satu lagi, yakni Imron (20) yang dirujuk dari Bangkalan. Bahkan, ketiganya harus rela satu ruas jarinya dipotong karena luka bakar cukup parah.

Urip Murtedjo yang juga Ketua Forum Pers RSU dr Soetomo itu, mengimbau masyarakat agar tidak bermain petasan, karena selain merugikan diri sendiri, petasan juga sangat merugikan orang lain.

"Daripada dibuat beli mercon (petasan), uangnya lebih baik dimanfaatkan untuk keperluan lain yang lebih penting," ujar dokter spesialis bedah kepala leher tersebut. (*)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011