Kupang, NTT (ANTARA News) - Jamaah Muhammadiyah Kota Kupang, Propinsi NTT, melaksanakan shalat Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriah pada Selasa pagi di lapangan kampus Universitas Muhammadiyah Kupang.

"Kami sebagai Jamaah Muhammadiyah Kota Kupang hanya melakukan shalat Idul Fitri 1432 Hijriah pada satu titik yakni di lapangan kampus Universitas Muhammadiyah Kupang,"kata Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Propinsi NTT, Muhammad Wongso, ketika ditemui usai shalat Id di Kupang, Selasa.

Ia mengatakan, jamaah Muhammadiyah Kota Kupang tetap melaksanakan shalat Idul fitri 1432 Hijriah sesuai dengan agenda yang ditetapkan oleh pengurus besar Muhammadiyah di Jakarta.

Perbedaan penentuan 1 Syawal 1432 Hijriah menurut Mad Wongso tidak perlu dipertentangkan dan dibesar-besarkan yang terpenting umat muslin tetap menjadikan 1 Syawal sebagai sarana untuk saling bermaaf-maafan dan bersilahturahmi.

Menurut Muhammad Wongso jamaah Muhammadiyah Kota Kupang menggelar shalat Idul Fitri lebih awal dari umat muslim lain dan dilakukan berdasarkan munculnya hillal atau penanggalan diatas ufuk yang lebih dua deraajat dari perhitungan pemerintah dan hal itu berlangsung dalam setiap tahunnya.

Suasana pelaksanaan shalat Idul Fitri 1432 Hijriah yang dilaksanakan ribuan jamaah Muhammadiyah Kota Kupang berlangsung hikmat dan khusyuk.

Jamaah Muhammadiyah Kota Kupang mulai melakukan shalat Idul Fitri 1432 Hijriah tepat pukul 06.30 Wita diikuti ribuan jamaah yang memadati halaman kampus Universitas Muhammadiyah Kupang.

Ustadz Hamim Thohari yang bertindak sebagai khatib mengajak jamaah Muhammadiyah untuk selalu mawas diri dan jangan sampai terjerat oleh kehidupan dunia yang menyesatkan serta harus menghormati segala bentuk perbedaan.

Ustadz mengajak seluruh umat islam untuk tidak mempertentangkan terjadinya perbedaan itu.

"Memang lebaran tahun 2011 ini kembali terjadi perbedaan penentuan 1 Syawal 1432 Hijriah, namun saya minta kepada seluruh umat Islam untuk tidak mempertentangkan terjadinya perbedaan tersebut,"ungkapnya.

Menurut Mad Wongso dan Ustadz Hamim Thohari kondisi perbedaan mesti menjadi catatan pemerintah agar pelaksanaan shalat Idul Fitri tidak membingungkan masyarakat. (*)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011