Paris, (ANTARA News) - Ekonom peraih penghargaan Nobel Joseph Stiglitz, Selasa mengingatkan bahwa pinjaman yang dilakukan Dana Moneter Internasional (IMF) semakin membebani perekonomian negara yang seharusnya dibantu untuk mencari jalan keluar, sehingga yang terjadi adalah pengulangan kesalahan IMF seperti yang dibuat saat krisis keuangan Asia tahun 1997.

"Mereka membuat kesalahan yang sama seperti saat melakukannya di tahun 1997," kata Stiglitz, mantan Kepala Ekonom Bank Dunia kepada pers di Paris, dengan merujuk pada pinjaman IMF yang diberikan kepada Islandia, Pakistan dan Ukraina yang tengah mengatasi krisis keuangannya.

Suku bunga pinjaman IMF terlalu tinggi dan kebijakan moneter yang dibebankan kepada negara-negara yang menderita krisis kontradiktif, sebaliknya kebijakan ekonomi ekspansif diterapkan di Inggris atau Prancis, kata dia.

"Dana pinjaman dengan persyaratan ini kemungkinan akan melemahkan perekonomian dan puncaknya membuat negara-negara semakin sulit membayar kembali dana pinjamannya itu," kata Stiglitz, yang di Paris akan memperomosikan dokumentasi baru yang disebutnya "Menjelajah Dunia bersama Joseph Stiglitz."

Stiglitz mengingatkan bahwa kebijakan IMF di Pakistan justru dapat meningkatkan dukungan kepada milisi Taliban dan mengatakan bahwa lembaga keuangan internasional itu menyusahkan demokrasi dengan membatasi pemerintah yang diberi dana pinjaman itu.

Stiglitz yang telah memenangkan hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 2001 menjadi pengkritik yang vokal terhadap IMF, dan menuduh IMF hanya mengejar kebijakan pasar bebas yang justru menyulitkan negara-negara berkembang.

Dalam beberapa pekan lalu, IMF telah megalokasikan dana pinjaman senilai 16,4 miliar dolar AS kepada Ukraina, sebesar 7,6 miliar dolar AS kepada Pakistan dan sebesar 2,1 miliar dolar AS kepada Islandia untuk membantu negara-negara itu dalam mengatasi dampak krisis ekonomi global.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009