Saya melihat peluru berseliweran dan mendengar orang berseru Allahu Akbar"
Tripoli (ANTARA News)- Sebuah unit militer di bawah komando salah seorang putra Gaddafi tampaknya bertanggungjawab atas pembantaian puluhan tahanan di sebuah gudang dekat Tripoli, pekan lalu, demikian laporan organisasi hak asasi manusia (HRW) seperti dikutip Reuters, Senin.
Sepekan setelah kejatuhan Gaddafi, sejumlah bukti yang ditemukan mengindikasikan memang ada pembantaian.
Puluhan mayat, beberapa diantaranya dari barisan tentara Gaddafi dan sisanya tahanan pemerintahan yang baru saja tumbang, ditemukan di ibu kota Libya itu.
HRW menemukan tulang-belulang hangus dari sekitar 45 mayat, Sabtu (27/8). Itu semua tersebar di sekitar sebuah gudang di lingkungan Khalida Ferjan, di Salahaddin, selatan Tripoli, dekat pangkalan militer Yarmouk.
Setidaknya dua mayat ditemukan tergelak di luar, tidak dibakar.
Menurut HRW, satuan Khamis Brigade yang dipimpin putra Gaddafi bernama Khamis, bertanggungjawab atas pembantaian itu.
"Sedihnya ini bukan laporan pertama dari apa yang tampaknya merupakan aksi pembantaian tahanan di hari-hari terakhir kekuasaan Gaddafi di Tripoli," kata Sarah Leah Whitson, Direktur HRW untuk wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara.
Pembatantaian tanpa belas kasih itu terjadi di tengah bulan suci Ramadan dan mereka yang melakukan pembantaian harus diseret ke meja pengadilan," tegas Whitson.
Seorang yang mengaku selamat dari pembantaian bercerita, para penjaga gudang memanggil 153 nama tahanan di hari pembantaian berlangsung.
Menurut perkiraanya 20 orang berhasil meloloskan diri, sementara sekitar 125 dari 153 tahanan itu adalah warga sipil.
Pada dinding salah satu bangunan dari kompleks gudang itu terdapat tulisan '32nd Brigade', unit pasukan yang merupakan bagian dari Brigade Khamis.
Abdulrahim Ibrahim Bashir (25) yang selamat dari pembantaian Selasa (23/8) itu bercerita, ketika magrib para pengawal Khamis Brigade mulai menembakinya dan tahanan lain, dari atap gudang, sementara sebagian pengawal melempari mereka dengan granat dari pintu masuk.
"Empat tentara naik ke atap gudang sementara yang lainya membuka pintu," cerita Bashir.
Dia selamat karena berhasi meloloskan diri ketika para pengawal itu sedang mengisi peluru.
Bashir mengaku ditahan di gudang itu setelah anggota Brigade Khamis menuduhnya pendukung revolusioner.
"Saya melihat peluru berseliweran dan mendengar orang berseru Allahu Akbar. Lalu saya melihat delapan orang tumbang. Ketika para penjaga mengisi peluru saya berlari menuju pintu dan melompat melewati tembok.
Saya tidak terluka. Mereka terus menembak dan membunuhi kami. Setelah lolos, saya melihat salah seorang prajurit menghabisi seseorang yang sepertinya hanya cedera ringan," papar Bashir.
HRW pertama kali mengetahui pembantaian ini dari seorang pejuang oposisi.
Ketika ditanyai bagaimana dia dan unitnya bisa menemukan lokasi gudang itu, pejuang oposisi itu menjawab, "Kami mencium aromanya (berfirasat)."
Ber
Penerjemah:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011