Jakarta (ANTARA) - Para peneliti China mengembangkan antibodi mRNA untuk terapi bagi pasien COVID-19 yang dalam pengujiannya pada tikus menunjukkan mampu memberikan perlindungan jangka panjang terhadap SARS-CoV-2.

Seperti yang dilansir Xinhua, Kamis, studi yang dipublikasikan secara daring di jurnal internasional Cell Research itu menunjukkan bahwa antibodi monoklonal manusia penetral, yang disebut mRNA-HB27-LNP, memberikan perlindungan efektif terhadap infeksi SARS-CoV-2 pada tikus hingga 63 hari setelah penyuntikan.

Para peneliti dari Akademi Ilmu Kedokteran Militer dan Suzhou Abogen Biosciences Co., Ltd. membuat antibodi pada platform teknologi mRNA yang sudah mapan.

Mereka menguji efek perlindungan antibodi itu dengan dosis berbeda dan menemukan bahwa semua hewan yang menerima 1 miligram per kilogram (mg/kg) atau 0,2 mg/kg mRNA-HB27-LNP bertahan hidup tanpa gejala klinis.

Sementara itu, pengobatan dengan 0,04 mg/kg antibodi juga mencapai tingkat kelangsungan hidup 80 persen, dan hanya peradangan minimal atau sangat ringan yang ditemukan.

Perawatan mRNA-HB27-LNP juga menawarkan perlindungan lengkap terhadap varian Beta SARS-CoV-2 pada model hewan dalam studi tersebut.

Selain itu, antibodi berbasis teknologi mRNA melindungi 50 persen tikus dari SARS-CoV-2 bahkan 63 hari setelah penyuntikan, memberikan perlindungan yang jauh lebih lama dibandingkan dengan antibodi protein tradisional.

Hasil-hasil ini dengan mRNA-HB27-LNP mendukung pengembangan klinis lebih lanjut untuk aplikasi potensialnya dalam mencegah COVID-19, menurut studi tersebut.

Pewarta: Xinhua
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2022