Jakarta (ANTARA) - Asisten Peneliti Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Lestary J Barany mengatakan konflik antara Rusia dengan Ukraina dapat membuat perekonomian global pada 2022 turun 0,2 persen year on year.
"Simulasi dari Oxford Economics menunjukkan bahwa krisis Ukraina ini diperkirakan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi global karena daerah-daerah yang terkait juga mengalami penurunan, terdampak secara ekonomi," kata Lestary dalam webinar CSIS yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Rusia diperkirakan akan mengalami kerugian yang paling besar yang dapat menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut hingga tahun 2024.
Selain dari invasi yang dilakukan oleh Rusia, sanksi-sanksi yang diberikan kepada Rusia juga menahan laju pasokan minyak dan gas ke sejumlah negara Eropa sehingga perekonomian global ikut tertekan.
Di Indonesia kenaikan harga minyak pasca konflik Rusia dan Ukraina yang telah menembus 100 dolar AS per barel dapat menekan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 yang mematok harga minyak sebesar 63 dolar AS per barel.
Lestary memperkirakan konflik Rusia-Ukraina juga akan menghambat pasokan gandum ke Indonesia dimana 75 persen impor Ukraina merupakan bahan baku produk sereal termasuk gandum.
"Bisa dibilang ini adalah top supplier untuk gandum Indonesia dan kalau kita melihat peta, ternyata lumbung gandum itu banyak di daerah timur, di mana daerah ini merupakan daerah yang sangat dekat dengan yang diduduki oleh Rusia," katanya.
Di sisi lain kenaikan harga komoditas dapat memberikan keuntungan jangka pendek untuk Indonesia, karena harga-harga komoditas ekspor seperti batubara dan CPO juga mengalami peningkatan.
"Tapi sebenarnya dalam jangka menengah, kalau misalnya harga minyak itu naik dan juga merujuk pada resesi global, permintaan dari negara-negara tujuan ekspor Indonesia itu pun dapat mengalami penurunan. Jadi dalam jangka menengah ini juga akan kembali lagi memberikan tekanan untuk perekonomian di Indonesia," ucapnya.
Pemulihan ekonomi global yang menjadi agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia juga dapat tidak tercapai dengan konflik antara Rusia dan Ukraina.
"Karena kondisi geopolitik ini juga mungkin menjadikan kesepakatan yang dicapai dalam perundingan tersebut menjadi tidak seoptimal dibandingkan dengan kondisi tanpa konflik tersebut," katanya.
Baca juga: Ikuti langkah Eropa, AS akan tutup ruang udara bagi pesawat Rusia
Baca juga: Exxon akan keluar dari Rusia, tangguhkan investasi lebih lanjut
Baca juga: Facebook & Instagram hapus unggahan dari media Pemerintah Rusia
Baca juga: CSIS proyeksi surplus neraca dagang 2022 akan lebih besar
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022