Athena (ANTARA News) - Sebuah kapal minyak yang dibajak perompak di Lautan India pada Oktober bersama 24 orang awaknya dibebaskan Jumat, kata perusahaan pemilik kapal itu.
"Paradise Navigation SA, operator dan pengelola kapal minyak MT Polar yang dibajak sekitar 600 mil laut di lepas pantai Somalia pada 30 Oktober, melaporkan bahwa kapal itu dibebaskan Jumat oleh penjahat yang menahannya," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, lapor AFP.
Perusahaan yang berkantor di Athena itu tidak memberikan penjelasan terinci lebih lanjut mengenai perundingan pembebasan kapal itu dan mengatakan, mereka dibiarkan "tanpa bantuan" untuk berurusan dengan perompak meski puluhan kapal perang dari berbagai negara berpatroli di kawasan perairan itu.
"Menyedihkan bahwa prakarsa internasional yang dilaksanakan di kawasan itu terbukti tidak efektif untuk menghentikan perompakan," kata perusahaan itu.
"Juga meragukan apakah ada kemauan politik untuk menjalankan prakarsa-prakarsa yang diperlukan; karena itu terus terjadi pembajakan seperti pada kapal Polar dan penggunaannya sebagai `kapal induk` untuk menyerang kapal-kapal lain," kata mereka.
Ketika dibajak, kapal yang berbendera Panama dengan berat 72.825 ton itu membawa 24 orang awak -- satu Romania, tiga Yunani, tiga Montenegro, satu Serbia dan 16 Filipina, kata perusahaan itu.
Namun, salah seorang awak, Prudente Cabral, tewas akibat serangan stroke pada November.
Paradise Navigation menambahkan, perompak Somalia kini menahan 25 kapal -- seperempatnya digunakan sebagai "kapal induk" untuk melancarkan serangan lain -- dan 600 orang awak dengan tuntutan tebusan jutaan dolar.
PBB memperingatkan, perompak Somalia menjadi semakin berani dan tetap mendahului pasukan angkatan laut internasional yang berusaha mengakhiri pembajakan di kawasan perairan itu.
Pada 2009, perompak Somalia menyerang lebih dari 130 kapal dagang di lepas pantai Somalia, naik lebih dari 200 persen dari tahun 2007, menurut Pusat Pelaporan Perompakan Biro Maritim Internasional di Kuala Lumpur.
Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008.
Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung.
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.
Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan -- termasuk 68 pembajakan yang berhasil -- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dolar.
Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.
Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.
Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011