Serapannya (Bulog) kurang dan harganya kalah dengan bakulan (tengkulak) ,...tapi kalau beli itu uangnya kontan pak, Bulog,"
Jakarta (ANTARA News) - "Bapak, ibu, remen sedoyo? Panenipun sae? Alhamdulillah."
Sebaris kalimat dalam bahasa Jawa halus yang kurang lebih berarti "Bapak Ibu senang semua? Apakah panennya bagus? Alhamdulillah," diucapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada sekelompok petani di kawasan Karang Jati, Cilacap, Jawa Tengah, Kamis siang.
Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono yang sedang dalam perjalanan Safari Ramadhan menuju Baturraden, Banyumas berhenti di daerah Karang Jati, Cilacap, untuk menyapa para petani yang sedang melakukan panen padi.
Di tengah terik matahari Presiden dan Ibu Ani dengan didampingi oleh Menteri Pertanian Suswono, Mendiknas M. Nuh dan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo turun ke sawah dan duduk di pematang guna berdialog dengan para petani.
Sekitar 15 orang petani yang saat itu sedang memanen padi sontak menghentikan aktivitasnya ketika melihat iring-iringan mobil Kepala Negara berhenti di tepi sawah mereka dan penumpangnya turun menghampiri mereka.
Berbondong-bondong mereka memenuhi panggilan para pasukan pengawal presiden guna mendekat setelah meninggalkan alat pemotong padinya yang terbilang tajam.
Presiden Yudhoyono yang lahir dan dibesarkan di Pacitan, Jawa Timur, kemudian berdialog dengan para petani itu dalam bahasa Jawa halus dan bahasa Indonesia.
Kepala Negara kemudian menanyakan jumlah panen para petani tersebut yang kemudian dijawab oleh salah seorang diantaranya sebagai 7,5 ton per hektare sekali panen. Satu tahun tiga kali panen.
Ia kemudian bertanya adakah kesulitan yang masih dihadapi oleh para petani dalam bertani.
Melihat kesempatan langsung untuk "mengeluh" kepada Presiden, para petani itu pun dengan bersemangat berebut angkat suara sehingga perlu ditenangkan oleh Gubernur Jawa Tengah, untuk berbicara bergantian.
Secara umum para petani berharap agar ada bimbingan lebih lanjut dari pemerintah bagi mereka untuk meningkatkan produksi panen mereka serta akses terhadap Bulog.
"Serapannya (Bulog) kurang dan harganya kalah dengan bakulan (tengkulak) ,...tapi kalau beli itu uangnya kontan pak, Bulog," ujar salah seorang petani.
Mendengar hal itu Kepala Negara mengatakan bahwa pemerintah akan memberikan penyuluhan dan pelatihan, antara lain mengenai cara bercocok tanam ataupun pupuk.
"Yang penting bapak ibu harus rajin harus senang meskipun panas begini ayem, tenteram, bertani juga beribadah, bapak ibu walau kita puasa beribadah, semoga diterima Allah," katanya.
Lebih lanjut Presiden mengatakan bahwa tujuannya berhenti adalah untuk menyapa para petani yang sedang bekerja itu sekaligus mengucapkan terima kasih serta melihat langsung untuk dapat mengetahui apa yang bisa dibantu pemerintah.
"Jadi sesuai dengan anggaran pemerintah secara bertahap kita tingkatkan karena kita harus memikirkan di seluruh Indonesia," jelas Presiden mengenai komitmen pemerintah untuk meningkatkan bantuan bagi sektor pertanian.
Dalam dialognya yang berlangsung lebih kurang 30 menit itu Presiden menjelaskan bahwa pemerintah aktif melakukan program peningkatan kesejahteraan rakyat. Namun rakyat Indonesia berjumlah 220 juta lebih dan terletak di seluruh penjuru Indonesia sedangkan anggaran pemerintah terbatas. Oleh karena itu harus dilakukan prioritas yaitu untuk rakyat yang masih miskin, yang tidak mampu.
"...Mari kita bergotong-royong (meningkatkan kesejahteraan bersama-sama), kersa? Saged?," tanya Presiden kepada para petani.
"Saged (bisa) pak," jawab para petani dengan kompak.
Jabat Tangan
Selain mengadukan masalah pertanian, sejumlah ibu-ibu petani juga menyatakan kesulitan membayar uang sekolah anak-anak dan keinginannya untuk berjabat tangan dengan Presiden yang selama ini hanya dilihatnya dari televisi.
Seorang ibu setengah baya mengemukakan bahwa biaya sekolah kedua anaknya sangat memberatkan dirinya sebagai petani.
Dalam bahasa Jawa Banyumasan, Ibu itu mengatakan bahwa selain SPP yang mahal, biaya buku pelajaran pun tak kalah mahal.
Kepala Negara kemudian meminta Mendiknas menjelaskan skema BOS dari pemerintah.
Namun setelah dialog berlanjut ternyata diketahui bahwa anak Ibu itu bersekolah di sekolah menengah swasta dan bukan negeri.
Mendiknas mengatakan bahwa pemerintah telah membebaskan uang SPP untuk pendidikan dasar, SD dan SMP, dan belum ditingkat SMA. Oleh karena itu sekalipun swasta asalkan SD dan SMP harusnya bebas SPP. M.Nuh berjanji untuk mengecek sekolah anak ibu itu untuk memastikan dana BOS digunakan semestinya.
Di akhir pertemuan Presiden Yudhoyono menyerahkan bantuan Rp100 juta untuk digunakan oleh kelompok tani para petani itu sekaligus menitipkan salam bagi keluarga masing-masing petani.
Presiden Yudhoyono dan Ibu Ani didampingi oleh para staf khusus presiden dan sejumlah menteri kabinet melakukan Safari Ramadhan ke sejumlah kota di Jawa Barat dan Jawa Tengah guna melihat langsung beberapa gedung sekolah dasar yang tak layak, pelayanan puskesmas di daerah terpencil, perkembangan industri rumah tangga dan dialog dengan petani dan nelayan. Safari Ramadhan itu dilakukan selama lima hari, 22-26 Agustus.
(G003)
Oleh Gusti Nc Aryani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011