Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI mendeteksi sekitar 252 kasus BA.2 yang merupakan varian mutasi COVID-19 dari Omicron di Indonesia berdasarkan pengamatan jumlah kasus hingga Februari 2022.

"Terkait varian BA.2 sebenarnya kita sudah mendeteksi varian ini. Kalau kita lihat jumlah varian BA.2 yang saat ini sudah bisa deteksi itu sekitar 252 varian," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi saat menyampaikan keterangan pers secara virtual yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Selasa sore.

Baca juga: Subvarian Omicron BA.2 lebih menular tetapi tidak lebih parah

Nadia mengatakan varian BA.2 memiliki karakteristik lebih cepat menular, juga meningkatkan keparahan pasien yang terpapar. Tapi, varian tersebut dipastikan belum mendominasi di Indonesia.

"Dari pola yang ada hingga saat ini memang tak hanya di Indonesia, tapi di dunia 90 persen itu Omicron didominasi BA.1," katanya.

Sebelumnya Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan varian Omicron (B.1.1.529) memiliki sejumlah bentuk, di antaranya BA.1, BA.1.1, BA.2 dan BA.3.

"Angka rata-rata BA.2 dunia mencapai 21,09 persen dari semua Omicron. Jadi, satu dari lima Omicron di dunia sekarang ini adalah jenis BA.2," katanya.

Namun, terdapat sejumlah negara dengan varian BA.2 yang dominan atau lebih dari 50 persen kasus, di antaranya Brunei Darussalam, Filipina, Bangladesh, China, India, Nepal, dan Pakistan.

Baca juga: WHO: Omicron BA.2 ditemukan di lima negara Afrika

Baca juga: Satgas: Omicron BA.2 jadi perhatian sebab beda hasil PCR

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sebelumnya melaporkan bahwa prevalensi tertinggi BA.2 di antara keseluruhan terjadi di daerah WHO Asia Tenggara mencapai 44,7 persen.

"Dampak BA.2 ini memang masih terus dipelajari. Indonesia perlu waspada dan mengambil langkah antisipasi yang tepat, kalau BA.2 juga akan meningkat di negara kita," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022