"Sampai saat ini mita masih terus mengecek keretakan lempeng bumi yang terjadi di Bengkayang dan Singkawang. Sementara ini kita memperkirakan penyebab gempa itu adalah akibat pergeseran lempengan bumi Eurasia yang ada di Kalimantan Barat," kata Kepala BMKG Supadio Pontianak, Bambang, di Sungai Raya, Kamis.
Saat ditanya pers, apakah ada keterkaitan antara gempa tersebut dengan gunung merapi purba Rindu Alam yang terletak di antara pinggiran Kota Singkawang dan Kabupaten Bengkayang, Bambang menyatakan, kemungkinan itu bisa saja terjadi.
Namun, ia menegaskan bahwa untuk saat ini masih belum bisa memberikan komentar terlalu jauh karena pihaknya masih mengecek lebih jauh mengenai gempa tersebut.
Dia menyatakan, berdasarkan sifat gempa yang pernah terjadi di daerah lain, maka kemungkinan besar gempa susulan akan terjadi kembali di wilayah tersebut.
"Kemungkinan kembali terjadinya gempa itu pasti ada, namun tidak akan terlalu membahayakan, karena diprediksikan kekuatannya dibawah 5 skala Richter (SR). Namun, hal ini merupakan kekuatan alam, tentu akan sulit kita duga, makanya kita meminta masyarakat untuk selalu waspada," tuturnya.
Sejak tanggal 23 Agustus lalu, hingga hari ini BMKG pusat mencatat terjadi tiga kali gempa di sekitar wilayah Bengkayang dan Singkawang.
Gempa pertama terjadi pada tanggal 23 Agustus, pukul 08.40 dengan kekuatan 4,4 SR dengan pusat gempa berada di kedalaman darat, kemudian disusul dengan gempa pada tanggal 24 Agustus pada pukul 22.51 dengan kekuatan lebih besar yaitu 4,6 SR dan sumber gempa berada di laut.
Tidak berlangsung lama, sekitar satu jam kemudian, pukul 23.33 gempa kembali terjadi namun dengan skala kecil sekitar 3,6 SR dengan pusat gempa berasal dari darat.
Bambang menyatakan, saat ini pihaknya terus menyelidiki penyebab gempa tersebut, dan tim yang diturunkan oleh BMKG Supadio dan pusat masih terus bekerja mempelajari penyebabnya.
"Sementara ini kesimpulan kita dan berdasarkan pantauan BMKG pusat, gempa terjadi akibat pergeseran lempengan bumi yang ada di sekitar Bengkayang dan Singkawang. Lempengan bumi itu termasuk dalam kategori lempengan bumi Eurasia yang meliputi kawasan Asia dan Eropa," tuturnya.
Dia menghimbau, agar masyarakat selalu waspada dan menjauhi barang yang mudah runtuh saat terjadi gempa.
Jika masyarakat berada di dalam rumah dan terjadi gempa, sebaiknya bersembunyi dibawah kolong meja atau dibawah tempat tidur untuk menghindari runtuhan atap dan benda lain di dalam rumah.
"Jika berada di luar rumah, sebaiknya menghindari tiang listrik atau pohon tinggi, agar tidak tertimpa. Kita berharap gempa ini tidak akan mengakibatkan hal-hal yang tidak kita inginkan," kata Bambang.
(U.ANT-171)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011