Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto menyampaikan bahwa tingkat kemarau yang tinggi pada Agustus-September menjadi salah satu pemicu menurunnya luas panen padi pada 2021.
"Kemarau ini menyebabkan kekeringan, sehingga berdampak pada luas panen padi yang jauh lebih rendah dibanding bulan yang sama di 2020," kata Setianto pada Konferensi Pers virtual di Jakarta, Selasa.
Diketahui, luas panen padi pada 2021 mencapai sekitar 10,41 juta hektar, mengalami penurunan sebanyak 245,47 ribu hektar atau 2,30 persen dibandingkan luas panen padi di 2020 yang sebesar 10,66 juta hektar.
Setianto menambahkan, penyebab kedua adalah peralihan ke tanaman lain selain padi di Agustus-September 2021 karena adanya kemarau yang mengakibatkan kurangnya pasokan air.
Hal lain yang menyebabkan penurunan luas panen yaitu terjadinya bencana atau musibah di beberapa wilayah, di antaranya erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur dan beberapa tempat terjadi serangan hama di awal tahun.
"Selain itu intensitas hujan yang cukup tinggi di akhir 2021 berdampak pada luas panen sepanjang Oktober-Desember 2021," ungkap Setianto.
Sementara itu, Setianto menambahkan bahwa jika dilihat, potensi luas panen padi sepanjang sub around I pada Januari-April 2022 berdasarkan pengamatan Kerangka Sampel Area (KSA) mencapai 4,81 juta hektare.
"Angkanya diperkirakan mengalami kenaikan 0,38 juta hektare. Secara presentase ini kenaikannya 8,58 persen dibandingkan dengan realisasi luas panen pada sub around pertama 2021 yang sebesar 4,43 juta hektare," pungkas Setianto.
Baca juga: BPS catat deflasi 0,02 persen pada Februari 2022
Baca juga: BPS sebut minyak goreng picu deflasi Februari 2022
Baca juga: BPS: Curah hujan tinggi sebabkan luas panen padi turun pada 2020
Baca juga: BPS DKI perkirakan luas panen padi di Jakarta berkurang 336,11 hektar
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022