Jakarta (ANTARA) - Perusahaan teknologi asal AS, Meta, menyebutkan investasi kabel bawah laut miliknya telah mendorong pertumbuhan pesat ekonomi terutama untuk kawasan Eropa dan Asia Pasifik yang dalam satu dekade terakhir memiliki pembangunan infrastruktur jaringan internet bawah laut yang masif.

Pernyataan itu dikeluarkan Meta berkaca dari hasil penelitian dua studi dari Analysys Mason dan RTI Internasional tentang dampak dari kabel bawah laut yang diinvestasikan Meta di dua wilayah yaitu Eropa dan Asia Pasifik.

Dalam siaran pers Meta, Selasa, penelitian tersebut mencatat ada potensi sebesar 600 miliar dolar AS atau setara Rp8.605 triliun (Rp8,6 kuadraliun) yang bisa dihasilkan terhadap PDB di Eropa dan Asia Pasifik pada 2025 dengan kehadiran jaringan bawah laut yang dihadirkan Meta.

Baca juga: Facebook luncurkan video pendek Reels

Investasinya itu berasal dari kerja kolaboratif antara Meta dengan mitra lainnya termasuk Pemerintah dalam hal menyiapkan sistem kabel bawah laut untuk jaringan telekomunikasi baik di Kawasan Eropa dan Asia Pasifik.

Untuk kawasan Asia Pasifik saja, Meta mencatat dalam periode lima tahun terhitung sejak 2021 akan ada peningkatan pendapatan sebesar 422 miliar Dolar AS atau setara Rp6.052 triliun dengan prediksi 3,7 juta lapangan pekerjaan baru terakomodir.

Secara spesifik di Indonesia, Meta memperkirakan jaringan bawah lautnya mampu berkontribusi meningkatkan PDB Nasional Indonesia hingga 59 miliar Dolar AS atau Rp846 triliun secara kumulatif terhitung dalam periode 2023-2025 dengan membuka potensi lapangan pekerjaan mencapai 1,8 juta lapangan pekerjaan.

Dengan fokus lapangan pekerjaan mencakup sektor bidang konstruksi, telekomunikasi, dan industri berbasis layanan jasa seperti keuangan, kesehatan, teknologi, informasi, serta pendidikan di 2025.

Meta menyebut di Asia Pasifik, kini mereka telah berinvestasi dalam dua sistem yaitu Asia- Pacific Gateway dan Jupiter. Dua sistem itu menjelajahi berbagai kawasan mulai dari Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Amerika Serikat.

Terbaru, Meta tengah menyiapkan dua kabel bawah laut bernama Echo dan Bitfrost yang diperkirakan akan tersedia antara 2022-2025 serta mulai beroperasi melewati Selat Luzon dan menjadi kabel pertama yang menghubungkan Jakarta, Indonesia secara langsung dengan Amerika Serikat.

Kabel bawah laut lainnya, yang dikenal sebagai Apricot juga akan hadir menghubungkan Singapura, Jepang, Taiwan, Guam, Indonesia, dan Filipina. Apricot akan menjadi kabel bawah laut pertama lintas Asia yang menghindari jalur terpadat di Laut Cina Selatan.

Sementara untuk di Eropa, lewat sistem kabel lintas samudra bernama Marea, Meta mengklaim telah berkontribusi sekitar 18 miliar Dolar AS setara Rp258 triliun terhadap PDB Eropa setiap tahunnya sejak 2019 dan dinilai setara dengan 6 persen rata- rata pertumbuhan ekonomi tahunan di Eropa.

Dengan menunjukkan komitmennya menyediakan infrastruktur jaringan di bawah laut, Meta meyakini cara tersebut dapat mendorong konektivitas global yang semakin optimal.

Cara itu juga dinilainya sebagai bentuk kolaborasi antara industri dan Pemerintah Dunia memberikan akses yang setara. Tentunya dengan akses komunikasi yang stabil, Meta juga dapat menggunakan hasilnya sebagai landasan bagi bisnisnya di masa depan yaitu metaverse yang diharapkan dapat mewujudkan Mixed Reality secara maksimal.

Baca juga: Meta batasi akun media pemerintah Rusia atas permintaan Ukraina

Baca juga: Meta larang media Rusia monetisasi konten

Baca juga: Litedex yakini pengembang lokal mampu bangun proyek kripto

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022