Luwuk (ANTARA News) - Manejer Join Operating Body (JOB) Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi (PMTS) Sugeng Setiono mengaku tidak mengetahui tuntutan demonstrasi di lapangan minyak Tiaka
Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah yang menewaskan dua warga sipil.
"Tidak ada pertemuan atau permintaan baik secara lisan maupun tertulis dari para demonstran. Sehingga kami tidak mengetahui apa yang mereka inginkan, tiba-tiba masuk ke Tiaka dan merusak fasilitas di sana," kata Sugeng Setiono dalam konfrensi pers di hotel Rosalina Luwuk, ibu kota Kabupaten Banggai, Rabu malam.
Saat para demonstran berada di Tiaka baik Sabtu maupun Senin tidak ada proses negosiasi dan pembicaraan terkait tuntutan maupun keluhan terkait operasi Tiaka.
"Hingga lima hari setelah demonstrasi pertama dan hari Senin (22/8) tak ada penyampaian resmi apakah terkait operasi di Tiaka atau masalah Corporate Sosial Responsibility/CSR seperti yang ramai diberitakan di media," terang Sugeng.
Ia juga menegaskan tidak ada proposal atau sejenisnya terkait kebutuhan masyarakat untuk diajukan dalam program CSR perusahan.
Apalagi,kata Sugeng, para pendemo menggunakan forum komunikasi mahasiswa yang selama ini tidak berhubungan dengan program pemberdayaan masyarakat maupun pengusulan pembangunan infrastruktur.
Di daerah itu terbentuk Forum Komunikasi Pemuda Mamosalato (FKPM) yang terdiri dari 14 desa di Kecamatan Mamosalato. "Selama ini seluruh usulan masuk melalui forum tersebut karena representasi masyarakat di ring satu dan pemerintah daerah karena beranggotakan 14 kepala desa," kata Sugeng.
"Yang melakukan demonstrasi ini mengatasnamakan mahasiswa tanpa ada pemberitahuan usulan program," terang Sugeng.
Daerah yang masuk ring satu adalah desa Rata, Pandauke, Kolo Bawa dan Baturube. JOB PMTS seperti yang diuraikan Sugeng sudah melakukan beberapa program CSR seperti bantuan bagang, karamba, alat tangkap, bantuan ternak sapi. Peningkatan sarana kesehatan, pendidikan, infrastruktur jalan dan rumah ibadah serta budidaya terumbu karang.
"Kami akui beberapa program CSR tidak berhasil yang disebabkan banyak faktor. Tapi usulan yang masuk selalu kami respon walau tidak seluruhnya terpenuhi," kata Sugeng.
Sugeng Setiono berbicara di dampingi pejabat JOB PMTS lainnya, Yusrizal Djamaluddin mengatakan ada provokator yang mengakibatkan pada demonstrasi sehingga menyebabkan jatuhnya dua korban jiwa dan enam
lainnya mengalami luka tembak.
Sugeng menolak merinci besarnya dana yang dikucurkan di daerah itu dalam program CSR. "Soal dana itu kewenangan Jakarta untuk menyampaikannya," kata Sugeng.
Andre M. Sondeng koordinator lapangan dalam aksi rusuh pada Senin (22/8) di RSU Luwuk mengatakan kecewa dengan program CSR perusahaan yang mengelola lapangan minyak Tiaka yang tidak dapat mengangkat ekonomi masyarakat.
Ia menyebut banyak warga di daerah itu kehilangan pekerjaan dan beralih profesi sebagai buruh pengangkut kotoran hewan, buruh kasar di perkebunan sawit dan sebagian lagi bermigrasi di perkotaan untuk mencari pekerjaan.
Andre yang luka di bagian dada kanan akibat diterjang peluru aparat mengatakan zona ekonomi di Tiaka seluas 456 meter per segi kini dikuasai perusahaan.
"Tiaka adalah surga bagi nelayan tradisonal Mamosalato, dengan kehadiran lapangan minyak menurunkan penghasilan nelayan dan itu tertuang dalam AMDAL tentang dampak pengoperasian lapangan minyak Tiaka," kata Andre. (ANT107/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011