Menteri luar negeri China, Yang Jiechi juga meminta Sekjen PBB Ban Ki-moon bekerja dengan organisasi-organisasi regional lainnya seperti Uni Afrika dan Liga Arab, untuk memulihkan ketertiban, kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
"PBB harus memainkan peran utama dalam pengaturan pasca-perang di Libya," kata Yang kepada Ban pada Selasa, menurut pernyataan kementerian luar negeri.
Pada Rabu, China menyerukan "transisi" kekuasaan politik di Libya setelah pasukan pemberontak menyerbu kompleks Muamar Gaddafi, pratanda kian dekatnya akhir enam bulan konflik, meskipun orang kuat Kibya itu belum ditemukan.
"China berharap adanya transisi kekuasaan politik di Libya," kata juru bicara China, Ma Zhaoxu, dalam satu pernyataan.
"Kami berharap rezim, masa depan yang baru akan mengadopsi langkah-langkah efektif untuk mempersatukan faksi yang berbeda, dengan cepat mengembalikan tatanan sosial dan berusaha untuk memulai rekonstruksi politik dan ekonomi."
Pertempuran meletus di Libya pada Februari, mendorong China untuk mengevakuasi hampir 36.000 warga negaranya dari negara Afrika Utara itu melalui operasi darat, laut dan udara besar-besaran.
Beijing awalnya mengadopsi kebijakan non-intervensi dalam konflik tetapi kemudian bergeser posisi dan mulai melakukan kontak dengan pasukan pemberontak.
Pada Juni, Yang menjadi tuan rumah pemimpin senior pemberontak Mahmud Jibril di Beijing dan mengakui oposisi Libya sebagai "mitra dialog penting".
Ma mengatakan pada Rabu bahwa China selalu menganggap penting peran pemberontak Dewan Nasional Transisi dalam "menyelesaikan masalah Libya".
Juru bicara kementerian perdagangan China Shen Danyang, sementara itu mengatakan, China bersedia untuk membantu membangun kembali Libya setelah konflik.
"Kami juga berharap untuk terus mengembangkan semua jenis kerja sama dengan Libya," katanya.
Menurut pernyataan kementerian sebelumnya, China saat ini memiliki 50 proyek skala besar bernilai paling tidak 18,8 miliar dolar di Libya.
(Uu.H-AK/S008)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011