Bogor (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memahami munculnya protes umat Islam di dunia atas terbitnya karikatur Nabi Muhammad SAW dalam surat kabar Denmark, Jylland Posten, 30 September 2005, sementara Departemen Luar Negeri (Deplu) menyesalkan aksi penyerangan pada simbol-simbol kenegaraan Denmark pada aksi unjukrasa. "Presiden menyatakan memahami bahwa wajar jika ada reaksi dan protes dari umat Islam di dunia karena kejadian itu dapat dipandang sebagai pelecehan atas agama," kata Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda di Bogor, Minggu saat menjawab pertanyaan wartawan tentang aksi penyerangan pada simbol-simbol kenegaraan Denmark. Penyerangan pada simbol-simbol kenegaraan Denmark, kata dia, dapat diduga akan muncul dari suatu aksi unjukrasa yang emosional. "Tapi kita sesalkan (kejadian penyerangan --red)," katanya. Sehari sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden Jakarta menyatakan pencitraan tersebut telah melukai dan menghina perasaan umat Islam karena melecehkan simbol-simbol agama. Presiden juga menyatakan alasan pembenaran tindakan itu atas dasar kebebasan untuk menyatakan pendapat tidak dapat diterima, karena hak azasi bukanlah suatu yang mutlak dan dalam pelaksanaannya tidak boleh mengurangi hak atau melecehkan keyakinan orang lain. Namun, pada kesempatan itu Presiden juga menyatakan bahwa sebagai umat beragama, maka kaum muslim dan muslimah Indonesia patut menerima pernyataan maaf yang telah disampaikan oleh Pemerintah Denmark. Sementara itu, menurut Menlu, reaksi Pemerintah Denmark yang tidak memadai pada saat kejadian dan pemuatan kembali pencitraan Nabi Muhammad SAW dalam bentuk 12 kartun di sejumlah media negara Barat sepanjang Januari memunculkan gelombang reaksi, termasuk di Indonesia. Menurut Menlu, pada awalnya para dubes negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Denmark merespon pencitraan itu dengan membuat kesepakatan tentang penyelesaian masalah tersebut. "Dicoba melakukan pendekatan kepada pemerintah," katanya. Menlu juga menyebutkan adanya pembicaraan dalam ruang lingkup yang lebih luas, yaitu pelecehan atas agama tidak semata-mata terhadap Islam. Lebih lanjut Menlu mengatakan Deplu juga terus aktif mendorong dialog antara para diplomat Denmark di Indonesia dengan kelompok-kelompok agama di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah diplomatik baik bilateral maupun multilateral, termasuk dengan anggota OKI lainnya. (*)
Copyright © ANTARA 2006