Budaya sadar bencana itu penting perlu dimulai dari diri sendiri

Purwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Indra Permanajati mengatakan program pemerintah untuk memperkuat mitigasi bencana harus didukung sepenuhnya oleh masyarakat dengan cara meningkatkan budaya sadar bencana.

"Budaya sadar bencana itu penting perlu dimulai dari diri sendiri dan keluarga dalam rangka membangun kesiapsiagaan ketika terjadi bencana dan mengetahui ancaman bencana yang ada di sekitarnya," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin.

Koordinator bidang bencana geologi Pusat Mitigasi Unsoed tersebut menjelaskan bila individu sudah memiliki budaya sadar bencana maka akan memahami ancaman bencana di wilayahnya masing-masing serta memahami tentang sistem peringatan dini bencana dan bagaimana menanggapi sistem peringatan dini tersebut.

"Misalkan langsung mengungsi atau melakukan evakuasi mandiri saat melihat tanda-tanda bencana di sekitar lingkungan rumahnya, seperti rekahan tanah, air mendadak keruh dan lain sebagainya," katanya.

Baca juga: Wapres: Penguatan mitigasi dan kesiapsiagaan bencana adalah prioritas

Baca juga: Airlangga apresiasi BNPB mitigasi bencana hingga pemulihan ekonomi

Pengajar di Fakultas Teknik Unsoed itu mengatakan, pada saat ini pemerintah terus memperkuat program mitigasi dan juga kesiapsiagaan bencana serta upaya pemulihan pascabencana di Tanah Air.

"Sebagaimana komitmen dalam RPJMN 2020-2024 terkait lingkungan hidup, ketahanan bencana dan perubahan iklim, maka pemerintah terus memperkuat mitigasi dan kesiapsiagaan bencana, ini perlu didukung dan diapresiasi," katanya.

Dia juga mengapresiasi pemerintah yang telah membuat beberapa instrumen kebijakan untuk pengelolaan risiko bencana yang lebih baik.

"Instrumen kebijakan yang dimaksud antara lain Rencana Induk Penanggulangan Bencana atau RIPB yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2020," katanya.

Kebijakan tersebut, kata dia, menyediakan peta jalan penanggulangan bencana jangka panjang hingga tahun 2044 sehingga dapat menjadi pedoman bagi upaya-upaya strategis dalam penanggulangan bencana di Indonesia.

Sementara itu dia juga mengatakan, upaya mitigasi dan penanganan bencana perlu terus memperhatikan penanganan jangka panjang, bukan hanya penanganan jangka pendek atau penanganan darurat.

"Penanganan jangka pendek atau darurat sangat dibutuhkan tetapi strategi ke depan harus sudah mulai diarahkan untuk penanganan jangka panjang. Penanganan jangka panjang adalah strategi penataan ruang dan pengurangan kerentanan bencana," katanya.

Strategi ini, menurutnya, akan mengurangi risiko bencana secara bertahap mengingat penataan ruang sangat penting peranannya dalam pengurangan risiko bencana.

Baca juga: Strategi pentahelix dibutuhkan untuk bangun budaya mitigasi bencana

Baca juga: BMKG rekomendasikan Pemprov Banten perkuat sistem mitigasi di Cilegon

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022