Bandarlampung (ANTARA News) - Kepala PT Kereta Api (KA) Sub Divre III.2 Tanjungkarang, Fadhilah, mengatakan pihaknya akan memberlakukan tiket berdiri guna mengakomodir atau mengantisipasi kemungkinan terjadinya lonjakan penumpang di Stasiun Tanjungkarang.

"Batas maksimal penggunaan tiket berdiri itu adalah 50 persen dari ketersediaan tempat duduk (TDD) yang ada, namun tiket itu juga dijual atas permintaan konsumen," ujar dia di Bandarlampung, Selasa.

Ia mengatakan, tiket berdiri itu merupakan batas toleransi akan keterangkutan penumpang yang akan menggunakan jasa kereta api.

"Apabila belum terjadi peningkatan, tentunya penumpang dapat menggunakan tiket dengan tempat duduk," terang dia.

Pemberlakuan tiket tersebut, Fadhilah mengatakan, hanya atas permintaan penumpang sebagai upaya pengurangan penumpukan di stasiun kereta api.

Ia menyebutkan, tiket berdiri untuk kelas ekonomi toleransi keterangkutan sekitar 50 persen dari jumlah TDD yang ada.

Sedangkan untuk kelas eksekutif dan kelas bisnis toleransi keterangkutan hanya 25 persen dari jumlah TDD tersedia, ujarnya.

Menurut dia, khusus untuk KA ekonomi yang diperkirakan akan paling banyak dipadati penumpang, diharapkan masyarakat yang akan menggunakan angkutan tersebut untuk mudik dapat menyadari keterbatasan sarana yang tersedia.

"Toleransi untuk kelebihan penumpang tersebut tetap mengacu pada pertimbangan keamanan dan kenyamanan, sebab meski berdiri para penumpang diperhitungkan masih bisa bergerak dengan cukup leluasa," kata Kasub Divre itu.

Dia menegaskan, pihaknya akan mengupayakan seluruh pemudik yang menggunakan KA di Stasiun Tanjungkarang dapat terangkut semua tanpa harus ada yang terlantar di sekitar stasiun itu.

Karena itu, ia berharap mereka tidak perlu berdesak-desakan, dan menyadari keterbatasan sarana yang ada di stasiun itu.

"Peningkatan jumlah pemudik yang akan menggunakan jasa KA di Stasiun Tanjungkarang tersebut diprediksi akan terjadi pada H-3 hingga H-2 menjelang Idul Fitri mendatang," terang dia. (ANT050/Y008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011