London (ANTARA News) - KBRI Tunis terus mengupayakan perlindungan warga negara Indonesia (WNI) yang masih berada di tengah-tengah berkecamuknya perang kota di Tripoli, Libya.

Menurut catatan KBRI Tunis dalam keterangan yang diterima ANTARA London, Selasa, saat ini masih ada 19 WNI, terdiri atas 18 orang TKW dan 1 orang TKL non formal.

Mereka tinggal di ibukota Tripoli dan sekitarnya berada dalam keadaan aman.

Disebutkan mereka adalah WNI yang masih bertahan di Libya dan menolak atau tidak dapat ikut dalam evakuasi sebelumnya karena berbagai sebab dan alasan.

Keberadaan kesembilanbelas WNI tersebut dapat diketahui berkat berbagai informasi yang dikumpulkan sedikit demi sedikit oleh Tim Evakuasi KBRI Tunis.

Keberadaan mereka sebagai tenaga kerja non formal di Libya yang tidak pernah melaporkan diri ke KBRI merupakan salah satu kendala upaya perlindungan kepada mereka.

Kebanyakan dari mereka tidak pernah mendapatkan informasi pentingnya melaporkan diri ke KBRI bagi warga negara Indonesia yang berada di luar negeri.

Terlebih lagi, banyak majikan yang memang tidak menginginkan TKI yang bekerja di rumahnya berhubungan dengan pihak di luar keluarga dan kerabat para majikan tersebut.

Sejak beberapa waktu, KBRI Tunis terus mengupayakan komunikasi intensif dengan kesembilanbelas WNI tersebut. Dalam beberapa hari terakhir, khususnya sejak Tripoli dikepung pasukan anti Khadafi, kondisi komunikasi dengan WNI di Libya memburuk.

Sambungan telepon terputus dari tanggal 16 Agustus lalu dan baru mulai tersambung lagi hari ini, Senin, 22 Agustus. Hal ini mengakibatkan upaya evakuasi WNI menemui banyak hambatan.

KBRI Tunis berhasil kembali menghubungi beberapa orang dari mereka setelah masuknya pasukan oposisi ke kota Tripoli dan berkecamuknya perang kota memperebutkan Ibukota Tripoli antara pihak pro dan anti Qaddhafi.

Dalam komunikasi telepon yang terjadi pada Senin pagi 22 Agustus tersebut, KBRI Tunis meminta WNI untuk tetap waspada dan tidak melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan resiko yang tidak perlu.

Mereka juga diingatkan agar tidak keluar dari rumah kediaman masing masing sembari menunggu instruksi selanjutnya dan diminta untuk tetap mengaktifkan HP dan selalu berusaha melakukan kontak dengan KBRI Tunis.

Sementara itu, Muhammad Abdelhafiz, warga Libya yang juga pegawai KBRI Tripoli terus membantu mengkoordinasikan penampungan WNI di Tripoli dan membantu proses evakuasi dari Tripoli ke perbatasan Tunisia.

Akibat berkecamuknya perang kota dan tidak menentunya keamanan di Tripoli dan tidak adanya jaminan keselamatan selama dalam perjalanan antara Tripoli dan perbatasan Tunisia, KBRI Tunisi fokus pada upaya perlindungan melalui koordinasi dengan Muhammad Abdelhafiz yang berada di Tripoli.

KBRI Tunis menugaskan Abdelhafiz untuk tetap standby 24 jam, melihat dan mempelajari berbagai kemungkinan yang dapat dilakukan.

Jika keadaan di kota Tripoli telah memungkinkan, Abdelhafiz kemudian akan diupayakan penjemputan para WNI untuk ditampung di gedung KBRI Tripoli guna lebih memastikan jaminan perlindungan bagi mereka.

KBRI Tunis juga mengingatkan kepada Abdelhafiz untuk tetap menjaga agar bendera Merah Putih terus berkibar di KBRI Tripoli, sehingga dapat menjadi tanda jika ada WNI yang mencari letak KBRI.

Jika kondisi membaik dan ada jaminan keamanan dan keselamatan di perjalanan, para WNI yang telah diungsikan ke KBRI Tripoli sebelum nantinya akan dievakuasi ke Tunisia melalui pintu perbatasan darat Tunisia-Libya di Ras Jedir.

Berkecamuknya perang di Ibukota Tripoli juga berdamapak mempersulit upaya evakuasi WNI ke Tunisia. Sejak 22 Agustus, pemerintah Tunisia menutup pintu perbatasan Ras Jedir, hingga waktu yang akan ditentukan kemudian. Ini merupakan langkah antisipasi atas merebaknya konflik dan kemungkinan terjadinya penyeberangan pihak-pihak yang bertikai dari Libya ke wilayah Tunisia.

Militer Tunisia di perbatasan memberlakukan siaga penuh.

Ditutupnya pintu perbatasan Ras Jedir yang merupakan jalur utama evakuasi WNI dari Libya membuat upaya evakuasi WNI ke Tunisia tidak dapat dilakukan untuk sementara waktu.

Namun demikian, KBRI Tunis telah melakukan berbagai langkah antisipatif atas beberapa skenario upaya perlindungan terhadap WNI di Libya dan upaya mengevakuasi mereka ke Tunisia.

Sejak Senin 22 Agustus, sekitar pukul 10 malam waktu Tunisia (pukul 4 pagi WIB), KBRI Tunis telah kembali membuka posko di kota Djerba yang berdekatan dengan pintu perbatasan Tunisia-Libya di Ras jedir.

KBRI Tunis juga telah mengirimkan Tim Evakuasi ke perbatasan untuk mengantisipasi kemungkinan masuknya WNI dari Libya dan mengawasi situasi di perbatasan dari dekat.

Selain itu, mereka terus meningkatkan koordinasi dan kerja sama dengan instansi-instansi terkait di Tunisia, seperti pihak imigrasi dan Komandan Militer Ras Jedir.

Koordinasi dan kerja sama dengan badan-badan internasional seperti United Nations High Commissioner for Refuges (UNHCR), International Organization for Migration (IOM), NGO ADRA dan Bulan Sabit Merah di perbatasan Ras Jedir juga terus ditingkatkan.

Selain itu, KBRI Tunis dan Kedubes Thailand di Tripoli juga melakukan kerja sama untuk memantau dan memberikan perlindungan bagi WNI yang berada di Tripoli. (ZG/A027/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011