“Tidak masalah. Karena yang naik itu harga BBM non penugasan, yang memang diperuntukan bukan untuk masyarakat kecil,” ujar founder FORCI, Wisnu Sambhoro dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, sudah sepatutnya harga BBM non penugasan Pertamina mengalami penyesuaian, apalagi, sekitar dua tahun harga Pertamax tidak dinaikkan.
Bahkan jika ke depan kembali disesuaikan, dinilai wajar karena harga minyak dunia memang terus meroket. Menjelang akhir pekan ini, sudah menembus 100 dolar AS per barel, padahal, awal Februari masih di level 87,77 dolar AS per barel.
Terkait kemungkinan BBM non penugasan yang kembali disesuaikan, tambahnya, itu juga sudah sesuai dengan regulasi Kementerian ESDM. Yakni, bahwa harga BBM non penugasan memang dapat di-review dua mingguan.
Baca juga: Komunitas otomotif tak persoalkan rencana kenaikan harga Pertamax
"Jadi, memang wajar, kok. Terlebih, dibandingkan dengan harga BBM swasta, produk bahan bakar BUMN dalam negeri ini harganya lebih ekonomis," katanya.
Kenaikan harga tersebut, tambahnya, yang jelas tidak berpengaruh bagi pecinta otomotif untuk tetap menggunakan BBM berkualitas. “Kualitas BBM Pertamina bagus dan cocok bagi kendaraan mobil Indonesia. Harganya pun terbilang ekonomis," katanya.
Dia menerangkan, pemakaian BBM berkualitas akan membuat pembakaran dalam mesin sempurna. Sebab, BBM RON tinggi menghasilkan tenaga yang jauh lebih besar dibandingkan BBM RON rendah.
Baca juga: Anggota DPR: Kenaikan harga minyak dunia bebani Pertamina
Pertamina awal bulan ini secara resmi menaikkan tiga jenis bahan bakar minyak (BBM) non penugasan yakni Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite, namun masih dibawah harga SPBU swasta.
Untuk Pertamax (RON 92) dijual Rp9.000 per liter, Pertamax Turbo (RON 98) Rp13.500 per liter, Dexlite Rp12.150 per liter, dan Pertamina Dex Rp13.200 per liter.
Pewarta: Subagyo
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022