Palu (ANTARA News) - Seluruh personel kepolisian yang melakukan penembakan saat terjadinya kerusuhan di Pulau Tiaka, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), segera diperiksa.
"Jelas tetap akan diperiksa, apakah tindakan mereka itu sudah sesuai prosedur tetap (protap) Polri atau tidak," kata Pelaksana Harian Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan Kepolisian Daerah (Plh Kabid Propam Polda) Sulteng, Kompol R. Bambang Surjadi, saat dihubungi per telepon di Palu, Selasa.
Namun, ia mengemukakan, perlu dipahami bahwa para polisi itu menjalankan tugas karena wewenangnya sebagaimana diatur dalam pasal 48, 49, 50 KUHP, dan melaksanakan Protap 01 Tahun 2001 tentang tindakan kepolisian yang dapat diukur.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulteng, Brigjen Pol. Dewa Parsana, mengemukakan bahwa segera mengevaluasi terjadinya insiden penembakan oleh anggotanya di Pulau Tiaka tersebut.
"Kita lihat dulu apakah anggota sudah benar melakukan penembakan terhadap warga atau malah salah," kata mantan Wakapolda Sulteng itu.
Ia mengatakan, akan mempelajari langkah-langkah yang telah diambil oleh polisi di lokasi Pulau Tiaka, kalau itu sudah benar dan sesuai prosedur, maka tidak ada yang harus dipersoalkan.
Untuk menyelidiki hal itu, ia mengemukakan. akan segera membentuk tim pemantau independen.
"Kalau sudah sesuai dengan prosedur tetap, maka tindakan penembakan itu tidak bisa diberikan sanksi, tetapi jika tidak, maka akan sebaliknya kita tindak tegas," katanya.
Kerusuhan di Pulau Tiaka, Kabupaten Morowali, pada Senin (22/8) sore itu, menurut dia, dipicu tuntutan warga Desa Kolo Bawah, Kecamatan Mamosalato yang beberapa kali dijanjikan mendapat bantuan, namun belum direalisasikan oleh investor minyak Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Medco E&P Tomori.
"Informasinya dulu perusahaan janjikan kepada warga soal penyediaan listrik dan fasilitas umum lainnya, tetapi sampai sekarang belum terealisasikan," kata Dewa Parsana.
Atas janji yang tidak direalisasikan perusahaan itulah, masyarakat setempat berkumpul dan mendatangi Pulau Tiaka untuk bertemu dengan pimpinan perusahaan. Namun, massa kecewa karena gagal dalam negosiasi.
Amuk massa dan bentrokan dengan aparat kepolisian setempat pun tidak terhindarkan.
"Warga mau negosiasi dengan bos perusahaan itu, tetapi gagal karena belum sampai, dan masih di Jakarta," katanya.
Menurut dia, polisi awalnya sudah melakukan langkah-langkah persuasif dan mengimbau massa agar tidak melakukan tindakan anarkis.
Namun, ia mengemukakan, massa ada yang membabi buta, sehingga memaksa polisi bertindak tegas, termasuk melepaskan tembakan ke arah perusuh, setelah didahului tembakan peringatan ke udara.
Massa merusak fasilitas, termasuk membakar sumur minyak milik investor JOB Pertamina-Medco E&P Tomori di Pulau Tiaka.
(T.ANT-106)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011