Anasir-anasir asing cukup kuat sehingga anak-anak Indonesia jangan sampai lupa jati dirinya.

Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid mengajak generasi muda untuk menjaga budaya leluhur, khususnya pada masa perkembangan teknologi yang membuat arus informasi global mengalir cukup deras.

Ia menilai saat ini banyak anak muda yang lebih mengenal budaya asing ketimbang budaya sendiri, misalnya keris, lama-lama tidak ada lagi orang yang mengerti dan mencintai keris.

"Siapa anak muda kita yang mengerti soal keris? Makin jauh saja. Akan tetapi, siapa di antara anak kita yang tidak mengerti media sosial dan game online (gim daring). Sementara itu, pusaka yang kita punya, baik berbentuk benda maupun nilai budaya, lama-lama kita geser," kata Jazilul dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.

Jazilul mengemukakan hal itu saat menghadiri kegiatan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Kabupaten Badung, Bali, Jumat (25/2).

Di dunia global saat ini, kata dia, anasir-anasir asing cukup kuat sehingga anak-anak Indonesia jangan sampai lupa jati dirinya.

Selain itu, nama-nama orang khas daerah, misalnya di Bali seperti I Wayan dan Ida Bagus harus terus dijaga dan dilestarikan.

"Kalau tidak kita jaga, lama-lama hilang karena tidak bangga dengan namanya sendiri. Lama-lama bergeser, tidak bangga dengan sebutan dirinya sendiri," ujarnya.

Hal itu, menurut Jazilul, menjadi tantangan ke depan karena derasnya teknologi membuat hal-hal positif yang dimiliki bangsa Indonesia perlahan-lahan hilang.

Menurut dia, tidak dapat dipungkiri ada banyak sisi positif dari perkembangan teknologi. Namun, di sisi lain memiliki dampak negatif sehingga hal-hal yang sifatnya warisan budaya seperti pusaka dianggap kuno, ketinggalan zaman, dan tidak mencerminkan sesuatu yang baru.

Ia mengaku kagum dengan keberagaman dan adat istiadat Bali yang masih terjaga dengan sangat bagus.

Wakil Ketua Umum DPP PKB itu berharap PKB dan juga Nahdlatul Ulama (NU) bisa menjadi bagian yang menyatu dari adat dan istiadat Bali.

"Saya melihat Bali ini luar biasa yang merupakan taman sari kemajemukan Indonesia. Bali seperti taman bunga yang semua bisa hidup di sini, merah, kuning, biru, dan hijau. Ini simbol kemajemukan," katanya.

Menurut dia, saat para tokoh bangsa merumuskan 4 Pilar, bukan sesuatu yang mudah untuk Indonesia yang dicita-citakan dan kerukunan bangsa yang sangat majemuk.

Baca juga: MPR: Usulan penundaan Pemilu 2024 rusak konstitusi negara

Baca juga: Ketua MPR temui Gubernur Lemhannas minta masukan terkait PPHN

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022