"Listrik sudah mati sejak kemarin setelah gempa, sampai saat ini masih belum hidup," kata warga Gusti (45) di Simpang Empat, Sabtu.
Ia mengatakan padamnya listrik itu membuat warga setempat terpaksa gelap-gelapan pada Jumat (25/2) malam, hal yang sama juga dikatakan oleh warga lain Asri.
Baca juga: 6.000 warga mengungsi usai gempa dengan magnitudo 6,1 di Pasaman Barat
Baca juga: Mensos sambangi anak-anak di tenda pengungsian gempa Pasaman Barat
Selain listrik, kondisi air di lokasi setempat juga mati sejak Jumat hingga Sabtu sekitar pukul 14.00 WIB, sehingga menyulitkan warga mengakses air bersih.
"Kami terpaksa mengambil air ke sungai atau sumber mata air alami yang terdekat untuk memenuhi kebutuhan air," katanya.
Beruntung, lanjutnya, ada sejumlah bantuan yang datang ke tenda pengungsian darurat untuk mengantarkan makanan serta minuman.
Warga berharap pemerintah baik di tingkat pusat, provinsi, maupun daerah bisa mencarikan solusi dan menangani kejadian usia bencana gempa bumi dengan cepat.
Baca juga: Korban meninggal gempa Pasaman bertambah jadi lima orang
Selain listrik, kondisi air di lokasi setempat juga mati sejak Jumat hingga Sabtu sekitar pukul 14.00 WIB, sehingga menyulitkan warga mengakses air bersih.
"Kami terpaksa mengambil air ke sungai atau sumber mata air alami yang terdekat untuk memenuhi kebutuhan air," katanya.
Beruntung, lanjutnya, ada sejumlah bantuan yang datang ke tenda pengungsian darurat untuk mengantarkan makanan serta minuman.
Warga berharap pemerintah baik di tingkat pusat, provinsi, maupun daerah bisa mencarikan solusi dan menangani kejadian usia bencana gempa bumi dengan cepat.
Baca juga: Korban meninggal gempa Pasaman bertambah jadi lima orang
Baca juga: Warga tertimbun runtuhan akibat gempa di Pasaman Barat dievakuasi
Kenagarian Kajai adalah salah satu wilayah yang terdampak parah dari bencana gempa bumi pada Jumat (25/2) dengan magnitudo 6,1, berpusat di Pasaman Barat.
Banyak rumah-rumah warga yang roboh dan mengalami kerusakan berat, akibatnya warga harus mengungsi karena rumahnya tidak bisa ditempati lagi.
Pada lokasi setempat juga ada satu Masjid yang roboh karena gempa yakni Masjid Raya Kajai, yang menelan satu korban jiwa atas nama Anismar (70).
Secara keseluruhan berdasarkan data sementara diketahui gempa di Pasaman Barat mengakibatkan empat warga meninggal dunia, luka berat 19 orang, luka sedang tujuh orang dan luka ringan 36 orang.
Bangunan yang rusak mencapai 5.000 unit, pengungsi 10.000 orang, dan 35 titik pengungsi yang berpusat di halaman kantor bupati setempat.
Baca juga: BMKG lakukan survei geofisika pada lokasi gempa Pasaman
Kenagarian Kajai adalah salah satu wilayah yang terdampak parah dari bencana gempa bumi pada Jumat (25/2) dengan magnitudo 6,1, berpusat di Pasaman Barat.
Banyak rumah-rumah warga yang roboh dan mengalami kerusakan berat, akibatnya warga harus mengungsi karena rumahnya tidak bisa ditempati lagi.
Pada lokasi setempat juga ada satu Masjid yang roboh karena gempa yakni Masjid Raya Kajai, yang menelan satu korban jiwa atas nama Anismar (70).
Secara keseluruhan berdasarkan data sementara diketahui gempa di Pasaman Barat mengakibatkan empat warga meninggal dunia, luka berat 19 orang, luka sedang tujuh orang dan luka ringan 36 orang.
Bangunan yang rusak mencapai 5.000 unit, pengungsi 10.000 orang, dan 35 titik pengungsi yang berpusat di halaman kantor bupati setempat.
Baca juga: BMKG lakukan survei geofisika pada lokasi gempa Pasaman
Baca juga: Pemkab Pasaman Barat bagikan makanan ke pengungsi
Baca juga: Pakar : gempa Pasaman pernah terjadi pada 1977
Pewarta: Laila Syafarud
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022