Dia tidak ingin beternak dengan janji-janji. Dia ingin tampil bagaikan buku yang terbuka agar dapat terbaca oleh para pemain muda. Setiap laga adalah tragika, kata Rio Ferdinand.
Jakarta (ANTARA News) - Darah muda yang digadang-gadang tengah naik daun di kubu Setan Merah terus diuji dengan satu pelajaran laga kehidupan bahwa beranilah menjadi manusia apa adanya, menjadi manusia otentik.
Caranya? Berani "menelanjangi" diri di tengah bujuk rayu hidup serba tidak pasti sebagaimana menit-menit jalannya roda laga bola, antara kalah, menang atau imbang. Kepada sekalian skuad muda usia di Manchester United, palang pintu Rio Ferdinand memberanikan diri "bertelanjang" agar mereka beroleh hidup asali, jauh dari tipu muslihat serba simsalabim.
Di tengah krisis barisan belakang United, ketika menjamu Tottenham Hotspur pada duel Liga Inggris di Old Trafford pada Senin (22/8), Ferdinand kini dibekap cedera hamstring. Dengan trengginas, ia mencoret kata "akan" kemudian menggantinya dengan kata "pasti".
Pasti, bahwa arus serangan bakal datang bak air bah dari pasukan Spurs asuhan manajer gaek Harry Redknapp. Pasti, bahwa lini pertahanan United memerlukan jenderal lini belakang bernomor punggung 5. Dia tidak sekedar berpidato di mimbar dengan aneka target di atas kertas. Dia berada di pusaran pengalaman sebagai pemain belakang.
Dia tidak ingin beternak dengan janji-janji. Dia ingin tampil bagaikan buku yang terbuka agar dapat terbaca oleh para pemain muda. Setiap laga adalah tragika, kata Ferdinand.
Kepada penjaga gawang berusia 20 tahun, David de Gea, yang dibidik oleh setiap lawan United kemudian dilabel sebagai "yang perlu diteror", Ferdinand berujar, awalilah dan akhirilah setiap musim kompetisi dengan halaman baru buku sejarah.
Menghadapi Lilywhites, bunda sejarah memberi tetesan-tetesan air susu kemenangan bagi United. Pasukan asuhan Alex Ferguson itu musim lalu mencatat 18 kali kemenangan dari 19 laga kandang. Bertelanjanglah kepada setiap catatan sejarah kemenangan, bukan berguru kepada cacatan kekalahan.
Dari atas podium, Ferdinand ingin bertindak seperti Odysseus - dalam Perang Troya - yang menyemangati pasukan Yunani untuk berperang sampai mendapatkan kemenangan. "Sungguh, kemenangan akan berada di pihak kita. Sesudah makan, asahlah pedang dan tombak kalian. Kita akan menyerang dam tak akan berhenti bertempur," kata Odysseus.
Dan Ferdinand yang membela United selama sembilan tahun membenci kekalahan. "Tempat ini seperti kamar mayat setelah kami kalah. Benar-benar membuat depresi. Pemain takkan mau berjalan ke toko dan mereka malu berjalan ke mana pun. Jika ingin sukses, maka Anda harus ingat perasaan seperti itu dan berharap hal itu tidak terulang lagi,? katanya.
Kemenangan menyejarah kemudian membekas dalam diri Ferdinand. Semasa masih bocah, ketika tampil bermain di Sunday League, ia mulai mengecap manisnya kemenangan, pahitnya empedu kekalahan. "Saat masa kecil, saya mengeluh kepada kawan-kawan saya jika kami kalah. Saya tidak suka menderita kekalahan. Itu melekat terus pada diri saya sepanjang karier," katanya.
Tidak ingin selalu dibuai indahnya masa kecil, Ferdinand ditelanjangi oleh pelajaran-pelajaran hidup sebagai pemain profesional. Ia diingatkan oleh salah satu kredo yang dikemukakan oleh filsuf Jean Paul Sartre bahwa manausia ditentukan oleh cara pandang orang lain, baik positif maupun negatif.
Ingat tidak, ketika Ferdinand membersihkan namanya dari celoteh Sunday Mirror? Waktu itu, media Inggris memuat artikel berisi keterangan Carly Storey mengenai hubungannya dengan Ferdinand, yang sudah terjalin sejak 13 tahun lalu atau 12 tahun sebelum ia menikahi Rebecca Ellison.
Skandal seks yang mengatasnamakan ketelanjangan meneror Ferdinand. Buntutnya, ia menggugat Sunday Mirror. Dewi Fortuna urung memihak pemain belakang Setan Merah itu. Sidang pengadilan justru mengungkap sembilan perempuan lain yang pernah berhubungan pribadi dengan Ferdinand pada 2002-2009.
Sembilan perempuan itu berasal dari berbagai profesi, yakni penyanyi, model, pramugari, ahli kecantikan, penari dan desain interior. Perempuan daun muda Ferdinand itu berusia antara 22 tahun sampai dengan 33 tahun. Wah, wah....
Kepada skuad muda Red Devils, ia mengingatkan agar tidak mereduksi diri manusia menjadi sekedar si A atau si B atau si C. Tatapan mata orang lain mengurangi kebebasan otentik manusia. Dan Ferdinand paham bahwa media massa Inggris telah memerangi dirinya.
Ketika Ferdinand ditelanjangi dengan dijadikan obyek media massa Inggris, ia tetap tahu bahwa dia bukanlah obyek. Ferdinand ingin menjadi dirinya sendiri. Penilaian orang lain, tidak mampu melubangi keutuhan dirinya. Inilah pelajaran dari sebuah ketelanjangan dan keutuhan diri.
Plus minus penilaian menyambangi setiap laga. Ini proklamasi kemerdekaan bagi skuad muda United melakoni musim kompetisi Premier League 2011/12.
Mantan pemain Manchester United (MU), Gary Pallister, menyoroti kekuatan MU saat ini berada di lini belakang. Menurutnya, duet Nemanja Vidic-Rio Ferdinand membuat "Red Devils" sulit dikalahkan. "Tak bisa dimungkiri, ketika kedua pemain ini berada di jantung pertahanan, MU sangat sulit dikalahkan," jelas Pallister.
Plus minus penilaian pernah mendatangi Ferdinand sebagai kapten timnas Inggris. Ia pernah mengalami cedera lutut dan terpaksa keluar dari skuad yang akan tampil di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Posisinya digantikan pemain Tottenham Hotspur, Michael Dawson. Ban kapten akhirnya diserahkan kepada gelandang Steven Gerrard.
"Menjadi kapten tim adalah mimpi setiap anak. Ambisi saya selalu untuk menjdi kapten klub saya, dan itu telah saya lakukan di Leeds. Saya beruntung mendapat peran sebagai kapten di United beberapa kali. Untuk bisa melakukannya bagi negara adalah sesuatu yang berbeda," katanya ketika ia diwawancarai majalah Inside United.
Kepada skuad muda, ia berujar dengan lugas, bahwa setiap laga berlangsung secara liar. Sebagai pemain belakang, Ferdinand mengingatkan bahwa gempuran lawan hadir di depan mata tanpa bisa dijinakkan, karena serangan lawan akan terus ada dan bisa juga tiada.
Itulah saat untuk sendiri dalam ketelanjangan diri pribadi, kata bek United itu.
(A024)
Pewarta: A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011