New York (ANTARA News) - Pemerintah Amerika Serikat (AS) sependapat dengan masyarakat Muslim di dunia bahwa kartun di surat kabar Denmark yang menggambarkan Nabi Muhammad sebagai teroris adalah menyakitkan hati, namun tetap melindungi hak media massa untuk mempublikasikan pandangannya. "Kami melihat itu menyakitkan hati. Dan kami tentunya mengerti mengapa umat Islam merasa terhina atas gambar tersebut," kata jurubicara Deplu AS Sean McCormack di Washington DC, Jumat. "Namun pada saat bersamaan, kami sangat membela hak individu dalam mengekspresikan pendapat yang mungkin membuat pemerintah Amerika tidak setuju atau mengecam," katanya. Bagi Amerika Serikat, tambahnya, kebebasan berekspresi adalah fondasi demokrasi. "Dan ini adalah sesuatu yang telah kami perjuangkan dengan menumpahkan darah dan sebagai harta yang dipertahankan di seluruh dunia, dan kami terus melakukan itu," katanya. Kartun yang dipublikasikan surat kabar Denmark Jyllands Posten tersebut menggambarkan Nabi Muhammad dengan sebuah bom. Penggambaran visual Nabi adalah hal yang dilarang dalam agama Islam. Hari Jumat makin terlihat eskalasi kemarahan umat Islam di berbagai negara, termasuk Indonesia, atas pemuatan kartun tersebut. Apalagi kartun tersebut kemudian dimuat lagi oleh sejumlah media massa Eropa. McCormack mengatakan bahwa semua pihak perlu menggunakan rasa pengertian dan toleransi tingkat tinggi saat berbicara mengenai isu ini. Di Amerika Serikat sendiri, katanya, keragaman rakyatnya dari berbagai agama, etnis dan latar belakang telah membentuk suatu kekuatan sebagai negara. Sementara itu Council on American-Islamic Relations (CAIR) menyampaikan terima kasih kepada jaringan televisi CNN yang memutuskan untuk tidak menayangkan kartun kontroversial tersebut. CAIR juga meminta media-media massa di AS lainnya untuk tidak mempublikasikan gambar yang telah menimbulkan amarah umat Islam. Dalam siaran persnya, CAIR menyatakan mengecam surat kabar Denmark dan juga media-media di Eropa yang mempublikasikan karikatur tersebut. CNN dan media-media massa Amerika Serikat lainnya hari Jumat memfokuskan pemberitaan mengenai aksi-aksi unjuk rasa di berbagai negara di dunia. CNN mewawancarai sejumlah tokoh masyarakat di Amerika, namun tetap tanpa menayangkan gambar kartun tersebut. Di antara tayangan yang cukup mencolok adalah aksi Front Pembela Islam (FPI) yang mendatangi kantor Kedutaan Besar Denmark di Jakarta. Aksi yang dilakukan FPI tersebut disiarkan berulang-ulang oleh televisi AS seperti CNN, FOX News, dan MSNBC.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006