Jakarta (ANTARA News) - Mata uang rupiah kembali melemah terhadap dolar AS pada Senin pagi dipicu dari kondisi pasar global yang masih mengalami tekanan sehingga nilai tukar "safe haven" diminati pelaku pasar.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS antarbank di Jakarta Senin pagi melemah sebesar tujuh poin menjadi Rp8.547 per dolar AS dibanding hari sebelumnya Rp8.540.
Pengamat pasar uang dari Bank Saudara, Rully Nova di Jakarta, Senin mengatakan, masih minimnya sentimen positif bagi perekonomian global membuat pelaku pasar mengalihkan dananya pada tempat yang dianggap dapat menjaga nilai asetnya.
"Kondisi global yang masih diselimuti sentimen negatif mendorong investor lari menempatkan dananya pada tempat-tempat `save haven? diantaranya mata uang dolar AS," kata dia.
Meski demikian, kata dia, negara berkembang seperti Indonesia diekspektasikan dapat menahan gejolak ekonomi global seiring dengan pertumbuhan dalam negeri yang diproyeksikan masih dapat meningkat.
"Gejolak ekonomi global hanya bersifat jangka pendek bagi Indonesia, ekonomi Indonesia masih cukup kuat menahan sentimen negatif dari global," ucap dia.
Pengamat valas dari Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan, pasar Asia cenderung "mixed" walaupun sentimen negatif masih ada, namun diperkirakan mata uang rupiah berpotensi menguat secara teknikal dan terkait dengan perkiraan Indonesia akan mendapatkan peringkat investasi.
"Perkiraan Indonesia akan mendapatkan peringkat investasi akan membuat mata uang dalam negeri akan cenderung menguat ke depannya," kata dia.
Ia mengatakan, pemerintah berencana untuk menerbitkan global bond pada awal-awal tahun 2012 disaat likuiditas global cukup tinggi sehingga diperoleh harga yang terbaik.
"Diyakini likuiditas di pasar domestik juga masih akan likuid terkait dengan perkiraan Indonesia akan mendapatkan peringkat investasi," kata dia.
Ia menambahkan, pembiayaan dari luar negeri saat ini lebih murah jika dibandingkan dengan pembiayaan dari dalam negeri. (ANT)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011