"Pengiriman beras dari provinsi tetangga tersebut dilakukan secara bertahap menggunakan sarana angkutan truk sesuai kebutuhan," kata Ketua Satgas Kerja Raskin Bulog Devisi Bali, Wayan Suyasa, di Denpasar, Senin.
Bergabung beras hasil produksi petani Jawa Timur itu nanti, berarti Bali memiliki sekitar 8.000 ton beras sebagai persediaan pangan nasional yang cukup untuk empat bulan ke depan, karena saat ini masih ada 3.000 ton. Diperkirakan penduduk Bali sampai saat ini sekitar 4.000.000 jiwa dan masih ditambah para wisatawan.
Untuk persediaan pangan nasional yang ditangani Bulog Bali selama ini, sebagian besar mendatangkan beras dari gudang-gudang Bulog yang ada di Jawa Timur, Sulawesi bahkan ada juga beras Impor dari Vietnam.
Persediaan beras nasional yang ada di Bulog Bali sebanyak itu, katanya, cukup memadai bagi semua orang di sana. Perdagangan beras antar pulau juga menunjang stabilitas harga bahan pangan pokok itu.
Suyasa mengatakan, Bali mendatangkan beras dari luar daerah, bukan berarti petani daerah ini tidak berproduksi, beras hasil panenan masyarakat daerah ini umumnya diperdagangkan ke pasaran bebas.
Perdagangan antarpulau beras dari Jawa Timur, Lombok NTB, ke Bali dan sebaliknya lancar sehingga persediaan jenis matadagangan tersebut di pasaran sangat memadai sehingga harga tidak terlalu bergejolak.
Ia mengakui, Bulog Bali tidak banyak membeli beras hasil panenan petani daerah ini, karena harga di pasaran jauh lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP) yakni Rp5.800/kg sehingga masyarakat cendrung menjual ke pasaran.
Untuk persediaan pangan persediaan nasional di Bali, Bulog setempat terpaksa mendatangkan hampir sepenuhnya dari luar daerah untuk memenuhi permintaan beras bagi masyarakat miskin dan golongan.
Ia memperkirakan, kebutuhan pangan nasional, Bali memerlukan 30 ribu ton dalam setahun supaya bisa merealisasikan beras untuk masyarakat miskin sekitar 200 ton per bulan dan permintaan anggota ABRI, serta bencana alam. (*)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011