Kegiatan tersebut sebagai bentuk sinergi dan kolaborasi penguatan aspek enterprise risk management (ERM) terintegrasi di lingkup Kementerian BUMN
Jakarta (ANTARA) - Klaster BUMN Asuransi dan Dana Pensiun menginisiasi workshop manajemen risiko bertajuk "Penguatan Implementasi ERM pada Perusahaan Konglomerasi Keuangan", Kamis (24/2/2022).
Kegiatan tersebut sebagai bentuk sinergi dan kolaborasi penguatan aspek enterprise risk management (ERM) terintegrasi di lingkup Kementerian BUMN.
PT Jamkrindo yang merupakan Ketua Workstream GRC Klaster BUMN Asuransi dan Dana Pensiun menjadi penyelenggara acara tersebut, sebut siaran pers Jamkrindo di Jakarta, Jumat.
Acara tersebut menghadirkan narasumber kunci untuk melakukan sesi sharing knowledge antara lain, Asisten Deputi Bidang Manajemen Risiko Dan Kepatuhan Kementerian BUMN Dwi Ary Purnomo dan Kepala Departemen Pengawasan IKNB 1A OJK Dewi Astuti.
Selain itu, Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non Bank 2B OJK Bambang W. Budiawan, Founders & principal CRMS Indonesia Antonius Alijoyo dan Wakil Direktur Utama PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) atau IFG Hexana Tri Sasongko.
Dewi Astuti mengatakan situasi pandemi secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan dampak pada peningkatkan exposure risiko, baik risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional maupun risiko strategik. Sehingga diperlukan kemampuan untuk manajemen risiko dengan baik.
"Peningkatan kegiatan usaha lembaga jasa keuangan nonbank dengan risiko yang semakin kompleks perlu diimbangi dengan penerapan manajemen risiko yang memadai, efektif, dan terukur. Penerapan manajemen risiko tersebut tidak hanya ditujukan bagi kepentingan LJKNB, tetapi juga bagi kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa dan layanannya," katanya.
Dia memaparkan manfaat penerapan manajemen risiko bagi LJKNB, termasuk bagi perusahaan asuransi maupun masyarakat. Manfaat tersebut antara lain, perusahaan dapat mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan, dan mengendalikan risiko dalam melakukan kegiatan usahanya dengan lebih baik.
Selain itu, perusahaan dapat menjalankan kegiatan usaha sesuai peraturan perundang-undangan serta standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha yang sehat.
Sementara itu, Bambang W Budiawan menambahkan bahwa penerapan manajemen risiko dalam konteks konglomerasi perlu dilihat sebagai sebagai sesuatu yang holistik dan kontekstual.
Hal itu mengingat setiap perusahaan di dalam holding memiliki kompleksitasnya, risiko material berbeda, dan risiko inheren yang berbeda-beda.
"Hal tersebut memerlukan sebuah analisis dan pemikiran yang holistik," ujarnya.
Adapun Dwi Ary Purnomo mengatakan Kementerian BUMN terus melakukan transformasi secara menyeluruh di tubuh BUMN.
Ia mengatakan aspek manajemen risiko merupakan salah satu hal yang menjadi prioritas dalam agenda transformasi tersebut.
"Aspek manajemen risiko merupakan aspek yang penting . Kementerian BUMN saat ini sedang menyusun pedoman manajemen risiko, dimana didalamnya aspek penguatan organ dewan komisaris dan organ penunjang menjadi hal yang tidak terpisahkan," ujarnya.
Sementara Hexana Tri Sasongko mengatakan ERM Terintegrasi menjadi prioritas IFG di tahun ini dimana perusahaan berusaha membangun tata kelola yang prudent dan manajemen risiko yang risk manajemen yang sehat dan kuat.
"Manajemen risiko bukan menjadi stoper tapi business enabler kesadaran risiko, akan membawa kita mengambil keputusan terukur, pada risiko yang dapat diterima. Manajemen harus diimplementasikan bukan sekedar diukur, tetapi tidak dikontrol," kata Hexana.
Baca juga: Direktur Jamkrindo: Ekonomi digital jadi solusi atasi kesenjangan
Baca juga: Jamkrindo kembali hijaukan kawasan Geopark Ciletuh
Baca juga: Jamkrindo raih penghargaan sebagai Penjamin KUR Terbaik 1
Pewarta: Ahmad Buchori
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022