Ini menjadi pekerjaan rumah, karena investor di wilayah bagian tengah dan timur sudah ada namun belum banyak

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan investor Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara ritel masih berfokus di Indonesia bagian barat, utamanya di DKI Jakarta, Jawa, dan Sumatera.

"Ini menjadi pekerjaan rumah, karena investor di wilayah bagian tengah dan timur sudah ada namun belum banyak," kata Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Dwi Irianti Hadiningdyah dalam Peluncuran dan Pembukaan Masa Penawaran Sukuk Ritel seri SR016 di Jakarta, Jumat.

Karena itu, dirinya mengundang serta terus berkolaborasi dan bersinergi dengan seluruh rekan di Kemenkeu yang memiliki kantor vertikal, untuk memasarkan atau mensosialisasikan sukuk ritel, terutama yang saat ini sedang diluncurkan yakni seri SR016.

Meski investor sukuk ritel tak banyak di Indonesia bagian tengah maupun timur, sebaran proyek SBSN sejak 2013-2022 tak hanya berpusat di bagian barat, sehingga alokasi pembangunan cukup tersebar merata, yang terdiri dari proyek di Aceh sebanyak 155 dengan nilai Rp3,79 triliun.

Kemudian, 123 proyek di Sumatera Utara sebesar Rp13,21 triliun terutama untuk menyelesaikan Jalur Kereta Api Sumatera, 142 proyek di Sumatera Barat senilai Rp5,46 triliun, 81 Proyek di Jambi sebesar Rp2,51 triliun, serta 74 proyek di Bengkulu sebanyak Rp1,04 triliun.

Sebanyak 119 proyek di Sumatera Selatan senilai Rp6,81 triliun, 101 proyek di Riau Rp3,19 triliun, 55 proyek di Kepulauan Bangka Belitung Rp859,8 miliar, 117 proyek di Lampung Rp4,42 triliun, serta 65 proyek di Kepulauan Riau Rp1,35 triliun.

Selanjutnya, 99 proyek di Banten Rp3,62 triliun, 68 proyek di DKI Jakarta senilai Rp12,25 triliun, 267 proyek di Jawa Barat Rp13,57 triliun, 376 proyek di Jawa Tengah Rp18,09 triliun, dan 347 proyek di Jawa Timur senilai Rp14,12 triliun.

Menurut Dwi, alokasi di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat cukup tinggi untuk menyelesaikan Double Track Selatan Jawa, sedangkan di DKI Jakarta dan Jawa Barat untuk menyelesaikan Double-Double Track Kereta Api Manggarai-Bekasi.

Terdapat 91 proyek SBSN di Yogyakarta senilai Rp2,62 triliun, 55 proyek di Bali Rp1,64 triliun, 106 proyek di Nusa Tenggara Barat Rp1,96 triliun, 123 proyek di Nusa Tenggara Timur Rp3,17 triliun, dan 134 proyek di Kalimantan Barat Rp3,92 triliun.

Ada pula 106 proyek di Kalimantan Tengah sebanyak Rp2,01 triliun, 59 proyek di Kalimantan Utara Rp3,69 triliun, 110 proyek di Kalimantan Timur Rp6,48 triliun, 76 proyek di Kalimantan Selatan Rp3,58 triliun, dan 204 proyek di Sulawesi Selatan Rp8,64 triliun.

"Alokasi cukup tinggi di Sulawesi Selatan untuk menyelesaikan kereta api pertama di Sulawesi yakni Makassar-Parepare," ucap dia.

Ia menambahkan terdapat 78 proyek SBSN di Sulawesi Barat senilai Rp1,71 triliun, 110 proyek di Sulawesi Tenggara Rp1,72 triliun, 117 proyek di Sulawesi Tengah Rp2,34 triliun, 76 proyek di Sulawesi Utara Rp1,62 triliun, dan 79 proyek di Gorontalo Rp1,75 triliun.

Selain itu, ada 97 proyek di Maluku Utara sebesar Rp2,35 triliun, 139 proyek di Papua Barat Rp6,44 triliun, 112 proyek di Maluku Rp3,18 triliun, dan 186 proyek di Papua Rp11,56 triliun untuk pembangunan akses seperti Jembatan Youtefa dan beberapa bandara.

Baca juga: Kemenkeu paparkan pemanfaatan sukuk negara, biayai 4.247 proyek

Baca juga: Kemenkeu resmi luncurkan sukuk ritel SR016

Baca juga: Sukuk Ritel SR016 segera dirilis, CEO Bibit: Investasi syariah yang aman dan dijamin negara

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022