Presidium Mer-C Joserizal Jurnalis dalam pemaparan di Mesjid Agung Medan, Jumat, mengatakan, rumah sakit itu dibangun di Gaza Utara yang merupakan daerah yang berdekatan dengan perbatasan Israel.
"Sekitar tiga kilometer dari Israel," katanya.
Menurut dia, bangunan rumah sakit yang dibangun di Gaza Utara tersebut memiliki luas sekitar 1.000 meter per segi di atas lahan dengan luas 1,65 ha.
Pembangunan rumah sakit tersebut dilakukan dengan menggunakan dana wakaf dari umat Islam di Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap warga Palestina.
Untuk memberikan keterbukaan, pihaknya melakukan tender yang diumumkan di surat kabar di Palestina untuk memberikan kesempatan kepada pengusaha setempat.
Pihaknya menjamin jika dana pembangunan rumah sakit tersebut bebas dari campur tangan pihak asing karena dicari sendiri dari dermawan muslim di Indonesia.
"Tidak ada sepeser pun dana asing," katanya.
Bahkan, kata dia, dana pembangunan itu bukan bantuan dari pemerintah Indonesia meski Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah berjanji akan memberikan bantuan sebesar Rp20 miliar.
Janji itu disampaikan Presiden Yudhoyono ketika menerima kunjungan Presiden Palestina Mahmoud Abbas beberapa bulan lalu.
"Namun dana itu sulit didapatkan sehingga kami jalan sendiri," katanya.
Ia menjelaskan, pembangunan rumah sakit di Gaza itu merupakan bentuk solidaritas umat Islam Indonesia atas penderitaan warga Palestina yang mengalami konflik berkepanjangan dengan Palestina.
Untuk memasuki Palestina, pihaknya tidak meminta bantuan PBB karena organiasi perhimpunan negara internasional itu dinilai tidak memiliki kewibawaan dan kemampuan untuk menghentikan konflik yang terjadi.
Mer-C juga tidak meminta bantuan PBB untuk membangun rumah sakit itu. "Kalau kerja sama oke, tetapi tidak untuk meminta bantuan," katanya.
Kepedulian Mer-C terhadap Palestina bukan hanya disebabkan ikatan persaudaraan sesama agama, melainkan adanya hubungan sejarah dengan kemerdekaan dan kewibawaan Indonesia.
Palestina, kata dia, merupakan negara pertama di dunia internasional yang mengakui kemerdekaan Indonesia ketika diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.
Selain itu, Palestina juga memberikan bantuan kepada Indonesia ketika mengalami agresi militer Belanda.
"Mereka mengirimkan bantuan dengan menggunakan kapal milik perusahaan swasta AS yang berada di India," kata Joserizal tanpa menyebutkan nama perusahaan swasta AS itu. (ANT)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011