Jakarta (ANTARA) - Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) merekomendasikan sejumlah model Zero Waste Cities untuk tata kelola sampah yang dapat diterapkan pemerintah daerah.
Direktur Harian Yayasan Pengembangan Biasans dan Bioteknologi (YPBB) Bandung Fictor Ferdinand dalam konferensi pers daring "Zero Waste by AZWI" yang diikuti di Jakarta, Kamis, mengatakan model tersebut merupakan pendekatan sistem pengelolaan sampah terpilah dan terdesentralisasi dengan intervensi pada proses pengumpulan terpilah.
Model tersebut, menurut dia, dibutuhkan untuk mendorong perubahan tata kelola pengelolaan sampah di tingkat kota atau kabupaten, sehingga terwujud pengelolaan sampah yang secara bertahap mengarah pada nol sampah atau zero waste.
Baca juga: KLHK: Bisnis daring masa pandemi sebabkan naiknya sampah plastik
AZWI telah membuat laporan dalam bentuk buku yang menjelaskan tahap -tahap yang perlu dilakukan untuk mengembangkan model pengelolaan sampah terpilah tersebut. Dan yang menjadi target pembaca atau penggunanya adalah para pendamping kawasan dari pemerintah daerah atau LSM pendamping, ujar Fictor.
Ia berharap model tersebut dapat menunjukkan pada pembuat kebijakan untuk melihat potensi pengembangannya dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki sistem kelola sampah di tempat masing-masing.
Aliansi yang merupakan gabungan dari 10 organisasi non-profit itu, menurut Fictor, sudah mengembangkan model-model zero waste di mana sampah dipilah sejak dari sumbernya, dikumpulkan secara dipilah dan diolah sedekat mungkin dengan sumbernya melalui teknologi pengomposan dari tingkat komunitas hingga rumah tangga.
"Sehingga sampah rumah tangga yang dibawa semakin berkurang," ujar dia.
Baca juga: KLHK: 72 persen masyarakat Indonesia tidak peduli sampah
Sampah kemasan, menurut dia, merupakan salah satu jenis residu yang sulit diolah. Karenanya penerapan sistem isi ulang dapat dilakukan di mana sistem distribusi produk pada konsumen dilakukan tanpa kemasan, atau menggunakan kemasan yang dapat dipakai berulang-ulang dalam jangka waktu lama.
Fictor mengatakan toko isi ulang selain menjadi salah satu model untuk Zero Waste Cities juga dapat menjadi titik penguatan ekonomi lokal, di mana produsen-produsen lokal dapat memasarkan produknya dan konsumen dapat menikmatinya secara lebih ramah lingkungan karena sistem distribusi yang pendek meminimalisir emisi.
Laporan itu juga berisi panduan bari mereka yang tertari mengembangkan usaha isi ulang kebutuhan sehari-hari sendiri. Semua berdasarkan pengalaman mengembangkan Toko Organik YPBB dan pengalaman para pengusaha-pengusaha isi ulang di Zero Waste Business Community.
Baca juga: Pemkot Tangerang segera wujudkan pengolahan sampah jadi tenaga listrik
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022