"Gubernur sudah menerima laporan Angkasa Pura I bahwa Bandara Selaparang Mataram akan ditutup mulai 1 Oktober nanti, saat BIL mulai dioperasikan," kata Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) H Badrul Munir, usai memimpin rapat pemantapan operasional Bandara Internasional Lombok (BIL) di Mataram, Jumat.
Rapat pemantapan itu juga dihadiri Deputi Direktur Operasi PT Angkasa Pura I Chadik Wibowo, dan Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I Midu Situmorang, dan General Manager (GM) PT Angkasa Pura I Bandara Selaparang Mataram I Ketut Erdi Nuka.
Menurut Badrul, Angkasa Pura I berupaya mewujudkan komitmennya untuk mengoperasikan BIL mulai 1 Oktober 2011, meskipun diawal pemanfaatan bandara internasional itu belum ada pesawat yang menginap.
"Hanya pesawat datang, dan pergi lagi, belum ada pesawat yang menginap di BIL. Untuk penerbangan pertama dijadwalkan 1 Oktober pukul 10.00 Wita," ujarnya.
Dengan demikian, Bandara Selaparang Mataram mulai ditutup operasionalnya mulai 30 September malam, sekaligus operasi boyong armada Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PK-PPK) dari Bandara Selaparang Mataram ke BIL.
Sebelumnya, GM PT Angkasa Pura I Bandara Selaparang Mataram I Ketut Erdi Nuka, mengatakan, dengan sendirinya Bandara Selaparang ditutup jika BIL mulai dioperasikan.
"Kebutuhan dana untuk operasional Bandara Selaparang mencapai Rp34,7 miliar setahun, sehingga jika BIL telah beroperasi maka Bandara Selaparang akan ditutup, karena siapa yang akan menanggung biaya puluhan miliar rupiah itu," ujarnya.
Erdi mengatakan, lahan seluas 69 hektare yang berisi landasan pacu dan bangunan pendukung aktivitas penerbangan di Bandara Selaparang Mataram merupakan milik PT Angkasa Pura I.
Sementara kawasan BIL seluas 551 hektare yang lokasinya sekitar 40 kilometer arah selatan Bandara Selaparang Mataram.
BIL memiliki landasan pacu 2.750 meter x 40 meter persegi, sehingga mampu didarati pesawat Air Bus 330 atau Boeing 767 dan dapat menampung 10 unit pesawat.
Berbeda dengan Bandara Selaparang Mataram yang luas arealnya hanya 28.881 meter persegi. Terminal penumpang BIL seluas 21 ribu meter persegi, atau empat kali lipat lebih luas terminal Bandara Selaparang Mataram yang hanya 4.796 meter persegi.
Kapasitas tampung terminal penumpang BIL mencapai tiga juta setahun, dengan luas areal parkir 17.500 meter persegi. Berbeda dengan Bandara Selaparang Mataram yang hanya 7.334 meter persegi.
Nilai mega proyek BIL mencapai Rp945,8 miliar, terdiri atas Rp679 miliar tanggungan Angkasa Pura I, dana sebesar Rp110 juta tanggungan Pemprov NTB dan Rp40 miliar dibebankan pada Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah. (A058)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011