Fundamental ekonomi Indonesia relatif baik, khususnya didorong pemulihan ekonomi
Jakarta (ANTARA) - Ekonom senior PT Samuel Sekuritas Indonesia Fikri C Permana menilai dampak perang Rusia-Ukraina yang saat ini terjadi terhadap pasar modal domestik sifatnya hanya sementara.
"Kami menilai efek perang Rusia-Ukraina terhadap pasar modal Indonesia akan bersifat temporer dan lebih menyebabkan perilaku berhati-hati di pasar," ujar Fikri di Jakarta, Kamis.
Ia menilai fundamental ekonomi Indonesia relatif baik, khususnya didorong pemulihan ekonomi yang diindikasikan dengan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) dan penjualan eceran pada Januari yang mencapai level tertinggi sejak awal pandemi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis ini terkena efek negatif dari invasi Rusia ke Ukraina.
IHSG ditutup anjlok 102,24 poin atau 1,48 persen ke posisi 6.817,82. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 11,43 poin atau 1,16 persen ke posisi 973,65.
Namun, lanjut Fikri, ada beberapa fakta yang perlu dipahami di tengah ancaman perang tersebut. Pertama, invasi Rusia dilakukan di dua daerah yang selama ini memang telah dikuasai separatis pro-Rusia.
Kedua, layaknya invasi Crimea pada 2014, invasi kali ini juga diperkirakan berdampak lokal alias antara Rusia-Ukraina saja.
"Hubungan ekonomi langsung Indonesia dengan Rusia dan Ukraina juga relatif kecil. Terlihat dari hubungan dagang (ekspor-impor) maupun nilai investasi Indonesia dengan Rusia dan Ukraina di 2021 lebih kecil dari 1 persen," kata Fikri.
Di sisi lain, arus modal masuk atau capital inflow asing di pasar saham Indonesia terus melaju kencang yaitu Rp15,42 triliun sejak 1 Februari hingga 23 Februari, walau tensi Rusia-Ukraina meningkat.
"Rupiah juga stabil pada level Rp14.200 hingga Rp14.400 per dolar AS, juga karena net buy investor asing tadi. Bahkan jika USD Index tidak naik, rupiah masih bisa terapresiasi lagi," ujar Fikri.
Di sisi lain, ia melihat invasi Rusia-Ukraina akan berdampak pada peningkatan harga komoditas yang harusnya berdampak positif bagi ekspor dan sektor komoditas dalam negeri karena adanya supply shock di global.
"Karenanya, pilihan utama di sektor tambang tersebut adalah saham ANTM dan saham BBTN serta ASII untuk mengantisipasi pemulihan ekonomi yang lebih baik ke depannya," kata Fikri.
Baca juga: Saham merosot, harga minyak mendekati 100 dolar AS per barel
Baca juga: Aksi jual ekuitas dan uang Asia kian dalam karena Rusia serang Ukraina
Baca juga: IHSG ditutup jatuh 102,24 poin, ikuti anjloknya bursa global
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022