Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia menyatakan, harga pangan global masih berada di tingkat yang tinggi yang bila dikombinasikan dengan ketidakpastian perekonomian dapat terus mengancam warga miskin terutama di berbagai negara di dunia berkembang.
Berdasarkan data Food Price Watch (bagian dari Grup Bank Dunia) yang diterima di Jakarta, Jumat, menyebutkan, harga pangan global pada 2011 tetap secara signifikan lebih tinggi dibanding tahun 2010 lalu.
Menurut Food Price Watch, secara keseluruhan tingkat harga pangan global rata-rata 33 persen lebih tinggi dibanding 2010 dengan sejumlah komoditas mengalami lonjakan kenaikan harga seperti jagung (hingga 84 persen), gula (hingga 62 persen), gandum (hingga 55 persen), dan minyak kacang kedelai (hingga 47 persen).
Selain itu, harga minyak mentah juga dilaporkan 45 persen lebih tinggi dibanding harga pada Juli 2010, yang juga berdampak pada biaya produksi dan harga pupuk, yang diperkirakan mengalami kenaikan hingga sebesar 67 persen pada periode yang sama.
"Harga pangan yang tetap tinggi dan stok pangan yang rendah mengindikasikan bahwa kita masih berada dalam zona bahaya, dengan kaum yang paling rentan yang paling tidak bisa untuk mengatasinya," kata Presiden Bank Dunia, Robert B Zoellick.
Menurut dia, kewaspadaan adalah vital untuk dilakukan pada saat ini apalagi mengingat berbagai kondisi ketidakpastian situasi yang sedang terjadi di tingkat global sekarang.
Ia juga mengatakan, ketidakpastian terkait ekonomi global yang dikombinasikan dengan situasi politik di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara akan membuat harga minyak tetap berubah-ubah pada jangka pendek.
Di Indonesia, pemerintah pada RAPBN 2012 telah mengalokasikan anggaran hingga sebesar Rp41,9 triliun untuk pengembangan ketahanan pangan pada 2012.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya di depan Sidang Rapat Paripurna DPR RI di Jakarta, Selasa (16/8) menyatakan, anggaran itu antara lain untuk program surplus beras 10 juta ton dalam 5-10 tahun mendatang.
Pada 2012 pula, pemerintah juga akan mengalokasikan anggaran untuk pemberian bantuan langsung pupuk sebesar Rp675 miliar atau setara 192,8 ribu ton, dan bantuan langsung bibit unggul sebesar Rp1,8 triliun atau setara 185 ribu ton benih tanaman.
Sedangkan untuk membantu keluarga miskin dalam memenuhi kebutuhan pangannya, tambah Presiden, pemerintah akan melanjutkan program pemberian beras bagi rakyat miskin dan setengah miskin dengan alokasi anggaran senilai Rp15,6 triliun kepada 17,5 juta rumah tinggal sasaran.
Sementara bagi nelayan, pemerintah menyediakan modal kerja untuk 3.340 kelompok nelayan, pengembangan usaha penangkapan ikan dan pemberdayaan nelayan skala kecil untuk membangun kawasan minapolitan bagi 3.700 kelompok nelayan serta pembangunan pembinaan pelabuhan perikanan pada 816 pelabuhan.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011