Ini (produk) sangat luar biasa meski diproduksi secara tradisional. Yang membanggakan lagi, bahwa produk shuttlecock IND yang diproduksi oleh Ahda Al Faizu ini sudah dipasarkan ke 30 provinsi di Indonesia dan lima negaraBatang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, siap memfasilitasi pengembangan produk shuttlecock (bola bulu tangkis) yang diproduksi oleh perajin shuttlecock IND yang kini dikerjakan secara tradisional.
Bupati Batang Wihaji di Batang, Kamis, mengatakan bahwa pemkab siap memberikan pelatihan khusus pada pembuatan shuttlecock kepada perajin agar produknya dapat terus bersaing di pasaran lokal maupun mancanegara.
"Ini (produk) sangat luar biasa meski diproduksi secara tradisional. Yang membanggakan lagi, bahwa produk shuttlecock IND yang diproduksi oleh Ahda Al Faizu ini sudah dipasarkan ke 30 provinsi di Indonesia dan lima negara," katanya.
Kerajinan shuttlecock yang diproduksi oleh Ahda Al Faizu, warga Kelurahan Pasekaran, Kabupaten Batang berstandar internasional serta memiliki sertifikat standar Badminton World Federation (BWF) dan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Ia mengatakan dengan permintaan pasar yang sangat tinggi, home industri shuttlecock milik Ahda Al Faizu itu membutuhkan tenaga kerja untuk mengejar target produksi.
"Oleh karena itu, saya sudah perintahkan Disperindaskop membuat pelatihan khusus pembuatan shuttlecock. Usai pelatihan bisa langsung dipekerjakan," katanya.
Pemilik IND Shuttlecock Ahda Al Faizu (35) mengatakan dirinya terinspirasi memproduksi shuttlecock di kampung halamannya sendiri setelah berhenti bekerja sebagai karyawan kerajinan bola bulu tangkis di Malang, Jawa Timur.
"Saya bertekad dan memiliki cita-cita untuk memproduksi sendiri sehingga pulang ke kampung halamannya di Kabupaten Batang. Pada awalnya, saya memproduksi bola bulu tangkis itu secara kecil-kecilan dan diterima di pasaran," katanya.
Ia mengatakan saat ini usahanya memiliki 10 tenaga kerja dan mampu memasarkan produknya di 30 provinsi dan sejumlah negara seperti Malaysia dan Amerika Serikat.
"Awal pemasaran produk, saya promosikan shuttlecock di website dan karena sudah terkoneksi orang Amerika. Pertama permintaan dari Malaysia dan percaya dengan produk saya," katanya.
Faizu mengatakan bahan baku shuttlecock sebagian besar masih didatangkan dari luar negeri karena ketersediaan bahan baku lokal belum bisa mencukupi.
Ia mengatakan mengadopsi standar BWF, produk IND Shuttlecock memiliki berat yaitu 5 gram hingga 5,2 gram namun untuk Indonesia sesuai standar PBSI beratnya 4,9 gram.
"Shuttlecock pruduk saya jual seharga Rp35 ribu hingga Rp80 ribu per slof," katanya.
Baca juga: Tiga perusahaan bangun pabrik Rp1 triliun di Batang Industrial Park
Baca juga: Investasi Kabupaten Batang tembus Rp797,5 miliar
Pewarta: Kutnadi
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022