Moskow (ANTARA News) - Pasukan keamanan di Chechnya Rusia membunuh 12 militan dalam sejumlah operasi, kata beberapa pejabat, Kamis.
Empat orang tewas dalam penyerbuan terhadap sebuah gedung apartemen di Grozny, ibu kota Chechnya, pada Kamis dinihari, kata penyelidik, lapor AFP.
"Aparat-aparat kementerian dalam negeri Chechnya menghadang empat anggota kelompok bersenjata ilegal di apartemen itu di lantai pertama yang menunjukkan perlawanan bersenjata dan tewas oleh tembakan balasan," kata cabang regional Komite Penyelidik Rusia.
Operasi kedua dilakukan terhadap militan Kamis di dekat desa Duts-Khote di daerah selatan Chechnya.
"Menurut keterangan paling akhir, jumlah militan yang tewas mencapai tujuh orang," kata pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov dalam sebuah pernyataan. "Satu orang diidentifikasi sebagai pemimpin militan terkenal Mairbek Abdusalamov."
Polisi juga membunuh Iskander Timarov (28) di sebuah hutan dekat desa Chishki, sekitar 30 kilometer sebelah selatan Grozny. Ia "melawan penangkapan dan tewas oleh tembakan balasan", kata kementerian dalam negeri, Kamis.
Di wilayah berdekatan Dagestan, polisi membunuh dua tersangka militan di Makhachkala setelah mereka melepaskan tembakan ketika diminta menghentikan mobil mereka, kata kementerian itu.
Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.
Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.
Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.
Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.
Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis.
Pada 4 Mei, komite anti-teror nasional Rusia mengumumkan, pasukan keamanan membunuh seorang militan utama Al-Qaeda di Chechnya yang mengkoordinir gerilyawan asing di Kaukasus Utara.
Militan yang bernama Doger Sevdet itu adalah seorang warga Turki yang memiliki julukan Abdullah Kurd dan "utusan Al-Qaeda di Kaukasus Utara", kata komite itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor-kantor berita Rusia.
Militan itu tewas pada 3 Mei, dua pekan setelah Rusia membunuh seorang militan penting lain Al-Qaeda, gerilyawan Saudi yang dikenal sebagai Moganned dalam apa yang disebut analis sebagai salah satu keberhasilan keamanan terbesar di kawasan itu selama beberapa tahun ini.
Kematian Sevdet itu juga diumumkan setelah pembunuhan pemimpin global Al-Qaeda Osama bin Laden oleh pasukan AS di Pakistan yang disebut Kremlin sebagai "keberhasilan serius dalam perang melawan terorisme internasional".
Pada 18 April, pasukan keamanan Rusia membunuh seorang pemimpin gerilya muslim yang mendalangi serangan-serangan di Kaukasus Utara dan mengancam Moskow, kata pihak berwenang federal.
Kantor-kantor berita Rusia mengutip Komite Anti-teror Nasional (NAK) yang mengatakan, pasukan keamanan menembak mati Israpil Validzhanov dan tiga rekannya di Dagestan, provinsi sebelah timur Chechnya yang dilanda kekerasan.
Validzhanov adalah wakil utama di Dagestan untuk pemimpin gerilya Kaukaus Utara, Doku Umarov, yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom di bandara terpadat Moskow pada Januari yang menewaskan 37 orang. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011