Dengan air muka berbinar dan suka cita, mereka yang terjerat berbagai kasus itu di luar negeri menyambut kedatangan rombongan staf KBRI Abu Dhabi yang dipimpin Dubes Supriadi ke penjara Al Wathba, sekitar 50 km dari Abu Dhabi, pada Rabu pagi 17 Agustus 2011, demikian siaran pers KBRI Abu Dhabi yang diterima ANTARA, Kamis.
Kunjungan ini pada dasarnya merupakan lawatan rutin yang bertujuan mendengar langsung permasalahan dan kondisi para WNI yang dipenjara.
Bertempat di auditorium berkapasitas 100 orang, selama kurang lebih satu jam, Dubes RI mengadakan dialog dengan para WNI di penjara yang seluruhnya adalah TKW Indonesia.
Satu persatu Dubes Supriadi menanyakan mengapa mereka sampai masuk ke penjara.
"Alhamdulillah, tidak ada WNI yang terkena kasus berat," katanya.
Rata-rata kasus mereka karena kabur dari majikan dan terkena razia oleh aparat karena tidak memiliki dokumen yang sah lagi untuk tinggal dan bekerja di UAE.
Kasus lain adalah tuduhan pacaran hingga hamil dan mempunyai anak, masuk ke jaringan prostitusi dan pencurian.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini jumlah mereka yang masuk penjara gara-gara pacaran menurun drastis, dari sekitar 95 persen tahun lalu, kini hanya 15 kasus atau sekitar 48 persen.
Tiga TKW dengan terus terang menyatakan pacaran dengan orang Bangladesh, Pakistan dan India, bahkan sampai hamil. Ketika ditanya apakah mereka juga punya suami, dengan malu tertunduk mereka mengiyakan. Total jumlah WNI di penjara di wilayah Abu Dhabi adalah 37 orang yang terdiri atas 32 orang perempuan dan lima pria.
Untuk membantu meringankan beban dan mempercepat pemulangan para WNI di penjara yang telah menyelesaikan masa hukumannya namun tidak memiliki tiket, KBRI bekerja sama dengan penjara dan Imgirasi akan membantu memberikan bantuan tiket.
Sementara itu, Penjabat Kepala Penjara Al Wathba, Kolonel Atiq Al Dahiri menyatakan bahwa seluruh WNI yang berada di penjara berkelakuan baik dan mau mengikuti pelatihan yang diberikan seperti bahasa, menjahit, dan membaca Al Quran.
Menurut dia, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui seperti apa negara tujuan tempat mereka bekerja, kebiasaan dan adat istiadat setempat. Hal ini mengakibatkan keberadaan para TKW menjadi rentan.
Kolonel Atiq menyarankan para agen di Indonesia agar memberikan pelatihan bagi para calon tenaga kerja supaya tidak terjadi kejadian serupa di masa mendatang. (M016)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011