"Kami mungkin mampu menggagalkan sebuah peristiwa yang tampaknya berpotensi jadi bencana dan mudah-mudahan tidak akan pernah terjadi di kota Tampa," kata kepala polisi setempat Jane Castor kepada wartawan, lapor AFP.
Jared Cano (17), yang telah dikeluarkan lebih dari setahun yang lalu karena insiden di sekolahnya, telah merencanakan untuk meledakkan bom rakitan yang berasal dari pipa pada hari pertama sekolah pekan depan dan mengincar dua pengelola, kata pihak berwenang.
Polisi, yang bekerja dengan diam-diam, menggeledah rumah Cano pada Selasa. Mereka menemukan satu "manifesto" terperinci dengan data dan rencana menit-demi-menit, termasuk gambar tata letak ia akan menanam bom.
Data itu juga "menyatakan keinginannya untuk menimbulkan korban jiwa lebih dari apa yang terjadi di Columbine", kata Castor, yang mengacu kepada serangan terhadap sekolah, saat dua remaja yang bersenjata menewaskan lebih dari selusin orang.
Polisi menemukan beberapa komponen bom termasuk bahan bakar, pecahan peluru, tabung plastik, sekering dan perangkat waktu di kamarnya, ia menambahkan.
Mereka juga menemukan operasi penanaman ganja, dengan lampu, tanaman, sebuah skala dan pipa kaca biru, kata St Petersburg Times.
Tidak ada senjata di rumah, tapi Cano sebelumnya telah ditangkap dengan tuduhan mencuri senjata api dan kepemilikan ganja, kata Kepala Polisi John Newman, yang menambahkan bahwa pihak berwenang "sangat, sangat akrab dengan dia".
Pengelola Sekolah Menengah Tampa mengatakan bahwa Cano telah dikeluarkan dari sekolah satu-setengah tahun lalu dan bahwa kehadirannya di sekolah akan menarik perhatian, sehingga tidak mungkin rencana itu akan berhasil.
"Saya tidak yakin rencananya realistis untuk melaksanakan," kata kepala sekolah Chris Farkas pada konferensi pers yang diadakan di sekolah. Castor menolak untuk mengomentari keadaan psikologis Cano, dan mengatakan "kami tidak dalam bisnis mendiagnosa kesehatan mental individu."
Penangkapan itu adalah yang terbaru sejak serangan di sekolah menengah Columbine di Colorado pada 20 April 1999, di mana dua siswa bersenjata berat membunuh 13 orang dan melukai 23 lainnya sebelum melakukan bunuh diri.
Pada penampilan pengadilan pertama, ketika hakim bertanya Cano apakah ia ingin menyampaikan pembelaan, dia menjawab, "Rencana itu tidak ..." sebelum pembela publik memotongnya, menurut Times St Petersburg.
"Jangan katakan apa-apa," kata pengacara itu mengatakan.
"Saya bisa bicara ... saya diizinkan untuk mengatakan apa yang saya inginkan," jawab Cano.
Pembela umum kemudian berbisik di telinga remaja itu, sebelum mengatakan, "Dia memiliki komentar. " Cano dijadwalkan kembali disidang pada 5 September. (G003/C003/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011