Dalam konsep ekonomi digital ini, kita harus mengenal ekosistem digital, jadi bukan perusahaan tunggalJakarta (ANTARA) - Research Director Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menekankan pentingnya kolaborasi bagi sebuah perusahaan, termasuk perusahaan teknologi, guna memenangkan persaingan dalam ekonomi digital.
"Dalam konsep ekonomi digital ini, kita harus mengenal ekosistem digital, jadi bukan perusahaan tunggal. Sehingga, untuk memenangkan persaingan, harus bersinergi dengan perusahaan lain di bidang yang berbeda untuk membentuk ekosistem agar menjadi kuat," ujar Piter dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Ia mencontohkan, PT Bank Jago Tbk (JAGO) yang dianggap sebagai perintis awal yang membentuk ekosistemnya di persaingan bank digital dengan berkolaborasi dengan Grup GoTo seiring masuknya Gojek sebagai pemegang saham perseroan
GoTo yang dikabarkan akan melaksanakan penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) tahun ini juga dinilai memiliki ekosistem yang kuat karena sudah berada di posisi yang cukup mapan di dalam persaingan.
Selain bisnis yang sudah sangat terintegrasi dalam satu ekosistem yang besar, GoTo juga terus meningkatkan nilai perusahaan dengan mengoptimalkan semua peluang yang ada di dalam ekosistemnya itu.
Contohnya adalah strategi Gojek dan Toba Bara membentuk Electrum, sebuah ekosistem kendaraan listrik. Kehadiran Electrum yang akan mengembangkan bisnis dari hulu sampai hilir merupakan upaya optimalisasi Gojek yang kini memiliki mitra pengendara motor lebih dari 1 juta mitra.
"Ini bisnis yang luar biasa besar, sehingga nanti akan semakin memperkuat bisnis yang sudah ada dan meningkatkan loyalitas dan branding dari GoTo. Jika nantinya GoTo go publik, mereka juga dapat dikenal sebagai emiten green di pasar modal Indonesia," ujar Piter.
Sementara itu, Founder & CEO Emtrade Ellen May mengatakan, performa saham teknologi pada tahun lalu meningkat sangat signifikan dibandingkan dengan sektor lainnya. Selain faktor pandemi yang membuat kebutuhan akan terknologi meningkat, juga dikarenakan perkembangan dari bisnis perusahaan-perusahaan teknologi tersebut.
Contohnya saja seperti PT DCI Indonesia (DCII) dan PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) yang pergerakan sahamnya cukup baik. Lalu perusahaan logistik PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), yang menerapkan teknologi dalam bisnisnya, pertumbuhannya juga positif.
"Jadi tahun ini saya yakin tren sektor teknologi ini akan terus berlanjut, meskipun tetap akan ada up and down," ujar Ellen.
Optimisme itu juga didorong dengan adanya perusahaan teknologi seperti GoTo yang dikabarkan akan IPO pada tahun ini.
Menurut Ellen, IPO besar seperti GoTo, dipastikan akan menambah bobot dari sektor teknologi dalam perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Dengan bertambahnya bobot sektor teknologi pada perhitungan IHSG, saya yakin portofolio dari fund manager, asset management, reksadana dan lainnya, akan menambah portofolio pada sektor teknologi. Karena bagaimana pun mereka akan menggunakan IHSG ini sebagai tolak ukur dan tidak mau return-nya jauh beda dengan IHSG, bahkan kalau bisa lebih bagus," kata Ellen.
Baca juga: Indef: Presidensi G20 peluang pengembangan kolaborasi ekonomi digital
Baca juga: Dorong ekonomi, Bank Jago luncurkan aplikasi digital Jago Syariah
Baca juga: Potensi talenta digital didorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022