"Pertama, yang diminta soal stabilitas stok bahannya dulu. Yang kedua, stabilitas harganya," kata Gembong di Jakarta, Rabu.
Langkah berikutnya yang akan ditempuh adalah mendorong supaya ada subsidi sehingga perajin tempe dan tahu bisa bertahan serta bisa berusaha tetapi tetap menguntungkan.
"Tahap berikutnya tentunya pemerintah kita dorong untuk betul-betul menjaga stabilitas stok pangan kita agar apa yang dikeluhkan ke depan tidak akan terjadi lagi," ujarnya.
Gembong mengatakan, DPRD DKI Jakarta akan berkoordinasi dengan DPR RI dan pemerintah pusat untuk menindaklanjuti keluhan para perajin tempe dan tahu karena permasalahan ini bukan hanya terjadi di Jakarta.
"Keluhannya sudah kita terima. Kemudian kami akan mencoba menindaklanjuti dan berkoordinasi tentunya dengan teman-teman DPR RI karena ini bukan DKI Jakarta saja, sudah nasional, maka kami berkoordinasi dengan DPR RI," ujar Gembong.
Baca juga: Harga kedelai tinggi, produsen tahu tempe datangi Fraksi PDIP DPRD DKI
Kemudian, pihaknya koordinasi juga dengan pemerintah pusat untuk bisa menindaklanjuti yang menjadi keluhan.
Gembong mengatakan, DPRD DKI akan memanggil pihak BUMD untuk berkoordinasi menjaga stabilitas harga kedelai di Jakarta.
"Untuk khusus DKI, tentunya kita dalam waktu dekat kita akan memanggil BUMD ketahanan pangan untuk kita ajak koordinasi untuk menjaga stabilitas harga di Jakarta," tutur Gembong.
Perajin tempe dan tahu di Jakarta melakukan aksi mogok produksi sejak Senin (21/2). Mereka meminta pemerintah menyubsidi harga kedelai yang saat ini melonjak.
Sekjen Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta Edy Kuswanto mengatakan, para perajin tempe dan tahu sudah melakukan aksi mogok produksi selama tiga hari. Hal itu bertujuan agar semua pihak mengetahui harga kedelai yang melonjak.
"Kita nggak boleh demo di jalan, tapi mogok produksi saja sehingga ada kesepakatan tanggal 11 kita rapat di Jakarta Selatan, tanggal 13 kita deklarasi di Jakarta Barat bahwa kita mau mogok di tanggal 21, 22, 23, itu nggak ada barang yang beredar di pasaran," kata Edy kepada wartawan, Rabu.
Baca juga: Mayoritas pedagang tahu tempe di Pasar Slipi hentikan penjualan
Namun demikian, Edy menyebutkan, kemungkinan barang akan tersedia lagi pada Kamis (24/2) karena tujuan dari mogok produksi tersebut karena harga kedelai yang meroket.
Edy menjelaskan, harga kedelai kian meroket hingga Rp11.300, sementara sebelumnya harga kedelai bisa di bawah Rp10 ribu. Edy dan perajin tempe-tahu lainnya mengaku sudah tidak tahan atas kenaikan harga kedelai.
Edy menyebutkan, ada sejumlah tuntutan dari para perajin tempe dan tahu kepada pemerintah. Mereka meminta pemerintah segera menstabilkan harga dan menyubsidi harga kedelai.
"Tuntutan kita pertama jangka pendek distabilkan untuk harga. Jangka menengah-panjang ya kami minta subsidi," tutur Edy.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022