“Saat ini, salah satu yang menjadi prioritas adalah pemulihan belajar yakni 'learning loss' (kehilangan pengalaman pembelajaran). Untuk mengatasi dampak ini, kami baru saja meluncurkan Kurikulum Merdeka yang fokus pada pada literasi dan numerasi serta profil Pelajar Pancasila,” ujarnya dalam pelepasan mahasiswa Kampus Mengajar angkatan ketiga yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan para mahasiswa dapat membantu para guru di daerah serta memahami dalam penerapan Kurikulum Merdeka sehingga siswa dapat mendapatkan pembelajaran yang lebih berkualitas, memerdekakan, fleksibel, dan memungkinkan untuk mengejar ketertinggalan selama pandemi.
“Ini yang kita maksud dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka ini, yakni melatih kepemimpinan mahasiswa di luar kampus, menjawab tantangan di lingkungan baru di luar,” kata dia.
Baca juga: Kampus Mengajar tingkatkan literasi dan numerasi siswa
Nadiem menambahkan melalui Kampus Mengajar, maka para mahasiswa akan belajar menjadi pemimpin pembelajaran seperti para guru di sekolah.
Para pemimpin masa depan, katanya, bukan hanya pintar dengan memiliki nilai tinggi, tetapi harus terbuka dan belajar serta menantang dirinya.
“Kesuksesan kampus mengajar tentu bukan hanya hasil kerja kami. Tapi kerja kepala program studi, dosen-dosen di kampus atau mahasiswa, LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan), Dinas Pendidikan dan kepala sekolah dan guru di daerah. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kolaborasi kita selama ini dan tentunya saya berharap program ini akan berlanjut untuk angkatan berikutnya,” kata dia.
Peserta program Kampus Mengajar berjumlah 16.757 mahasiswa yang ditempatkan di 3.900 SD dan SMP di Tanah Air.
Baca juga: 22.000 mahasiswa disebar ke 491 daerah dalam Program Kampus Mengajar
Baca juga: LLDIKTI-X minta mahasiswa manfaatkan program kampus mengajar
Baca juga: Kemendikbudristek : Kampus Mengajar perlu bagi perkembangan pendidikan
Pewarta: Indriani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022