orang yang perhatian terhadap keluarga besarnya. Setiap kali ada masalah, pasti beliau langsung memimpin untuk menyelesaikannya...Klaten (ANTARA News) - Jenazah mantan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional, Marsekal Muda (Purn) Faustinus Djoko Poerwoko, (61) dimakamkan di pemakaman keluarga Kuncen, Delanggu, Klaten, Jawa Tengah, Selasa, pukul 14.20 WIB.
Istrinya, Stefani Nining Poerwoko, dan dua anaknya, Amelia Dini Poerwoko serta Bernard Deny Poerwoko yang selalu berada dekat dengan jenazah pilot pesawat tempur itu tidak mampu menyembunyikan kesedihan sehingga isak tangis mengiringi penguburan jasad Djoko Poerwoko.
Pilot anggota tim aerobatik Jupiter Blue itu meninggal di Brasil, 9 Agustus 2011 pukul 22.30 waktu setempat karena serangan jantung.
Saat di Brasil Djoko sedang meninjau pabrik pesawat tempur latih Super Tucano yang akan dibeli Indonesia. Namun di tengah kegiatan tersebut tiba-tiba ia mengalami serangan jantung dan langsung dilarikan ke rumah sakit setempat.
Setelah mendapat perawatan medis beberapa saat, nyawanya tidak bisa tertolong.
Upacara pemakaman dilakukan secara militer dipimpin oleh inspektur upacara Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional, Marsekal Muda TNI JFB Sitompul. Sebelum upacara pemakaman itu dilaksanakan, misa di rumah duka yang ditinggali adik Djoko di Dukuh Kuncen RT 2/RW III Delanggu, Klaten.
Di mata keluarga, semasa hidupnya Djoko Poerwoko dikenal sebagai sosok yang sederhana dan bertanggungjawab.
"Pesan terakhir dari beliau adalah tak mau disemayamkan di makam pahlawan, sebagaimana biasanya orang militer dimakamkan. Pak Djoko orang yang perhatian terhadap keluarga besarnya. Setiap kali ada masalah, pasti beliau langsung memimpin untuk menyelesaikannya," kenang Agus Tiyarto, adik ipar Djoko yang menempati rumah di Kuncen.
Djoko merupakan anak ketiga dari sepuluh bersaudara yang lahir pada 9 September 1950 dan menikmati masa kecil hingga remaja di Delanggu.
Ia mengenyam pendidikan tingkat atas di SMA St Yosef Solo, kemudian lulus dari sana masuk AKABRI Udara pada 1970 dan lulus 1973, hingga akhirnya berhasil berkarir sebagai penerbang tempur.
Karir Djoko di dunia kedirgantaraan di antaranya pernah menjadi salah satu penerbang pertama yang mengikuti pendidikan untuk menerbangkan pesawat tempur A-4 Skyhawk yang dibeli melalui operasi rahasia dari Israel.
Setelah pensiun lima tahun silam, Djoko menggeluti hobinya sebagai penulis yang produktif dibuktikan dengan beberapa judul buku yang telah dilahirkannya, di antaranya "Pengabdian Skuadron Udara 11", "My Home My Base", serta otobiografi "Menari Di Angkasa: Anak Kampung Menjadi Penerbang Tempur". (ANT-279)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011