Kenaikan harga kedelai yang terjadi setiap hari ini membuat para perajin tahu dan tempe mulai kesulitan menentukan harga jual kepada konsumen.Semarang (ANTARA) -
DPRD Provinsi Jawa Tengah meminta pemerintah segera menstabilkan harga kedelai agar tidak memberatkan para perajin tahu dan tempe.
"Kenaikan harga kedelai yang terjadi setiap hari ini membuat para perajin tahu dan tempe mulai kesulitan menentukan harga jual kepada konsumen," kata Wakil Ketua DPRD Jateng Heri Pudyatmoko di Semarang, Selasa.
Ia menyebut semakin hari keuntungan para perajin tahu dan tempe selalu berkurang, bahkan hasil penjualannya hanya cukup untuk membeli bahan baku untuk produksi berikutnya.
Baca juga: Kementan target produksi 1 juta ton kedelai cukupi kebutuhan nasional
Kendati demikian, politikus Partai Gerindra itu mengakui jika tidak banyak yang bisa dilakukan pemerintah untuk menstabilkan harga kedelai mengingat kedelai merupakan komoditas impor yang harganya ditentukan oleh pasar bebas.
Menurut dia, hal itu bukan berarti pemerintah tidak bisa mengambil tindakan strategis atau mencarikan solusi sebab ada beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah seperti memberikan subsidi kepada para perajin tahu dan tempe.
"Cari jalan keluarnya misalnya beri subsidi karena tahu tempe ini alternatif protein yang paling terjangkau lapisan masyarakat ke bawah atau memaksimalkan produksi kedelai lokal untuk disalurkan ke perajin atau UMKM tempe dan tahu," ujarnya.
Baca juga: Primkopti ungkap keprihatinan atas harga kedelai tak kunjung stabil
Harga kedelai di seluruh wilayah Jawa Tengah mengalami kenaikan sejak satu bulan lalu, dari harga normal Rp8.000 - Rp9.000 per kilogram menjadi Rp10.000/kg dan kini menjadi Rp11.000 hingga Rp11.500/kg.
Dalam kesempatan tersebut, Heri juga berharap pemerintah dapat menyediakan kedelai murah selama tiga bulan mendatang untuk menjaga pasokan pangan tahu dan tempe selama Ramadan hingga hari raya Lebaran.
"Tak hanya harga tempe, tapi juga harga komoditas lain seperti minyak goreng, telur gula, dan lainnya," katanya.
Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022