Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, pengalaman Indonesia dalam mengatasi krisis ekonomi global yang berlangsung sepanjang 2008-2009 diharapkan dapat berlangsungi kembali.
"Di depan sidang yang mulia ini kita berharap bahwa kita dapat mengatasi kembali dampak buruk krisis ekonomi, saya percaya pengalaman mengatasi krisis ekonomi global 2008-2009 yang dibarengi dengan kerja keras dan kerja sama di antara kita semua akan membawa keselamatan pada negeri ini," kata Presiden pada Pidato Kenegaraan di Depan Sidang Bersama DPR dan DPR-RI, Gedung MPR/DPR, Jakarta,Selasa.
Presiden mengemukakan, krisis global itu dapat teratasi melalui kerja keras semua pihak dan melalui kebijakan perekonomian dan fiskal yang tepat, Indonesia membuktikan pada dunia bahwa berhasil mengatasi dampak dari krisis itu.
Menurut Presiden, situasi global tidak menentu saat ini dipicu dari krisis utang di beberapa negara Eropa dan guncangan perekonomian Amerika Serikat (AS), serta krisis politik di beberapa negara kawasan Timur-Tengah dan Afrika Utara.
Presiden mengatakan, perkembangan perekonomian di Eropa dan Amerika Serikat yang menunjukkan perkembangan bukanlah kabar baik bagi dunia, namun Indonesia memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk mengatasi keadaan yang tidak menentu itu.
Secara terpisah Pengamat Ekonomi dari Anugrah Sekurindo Indah, Viviet S, Putri, mengatakan bahwa secara umum indikator-indikator ekonomi Indonesia menunjukkan tren membaik sejak awal tahun dengan Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan akan mencapai 6,4 persen hingga 6,6 persen.
Selain itu, lanjut dia, nilai tukar rupiah juga mengalami penguatan sebesar 3,9 persen selama kuartal pertama lalu menambah bukti perekonomian Indonesia cukup kuat.
"Kuatnya fundamental ekonomi dalam negeri, dan krisis yang terjadi di negara maju bisa menjadi keuntungan tersendiri bagi Indonesia untuk menarik investor asing untuk berinvestasi di dalam negeri," ucapnya.
Namun, ia menilai, kondisi saat ini yang harus dipikirkan adalah kebijakan-kebijakan dari pemimpin yang kuat untuk meningkatkan kepercayaan investor dan mengurangi fluktuasi yang ekstrem.
"Secara fundamental ekonomi kita positif, namun tidak bisa menutup kemungkinan nantinya akan terkena dampak krisis dari global jika kebijakan dari pemimpin hanya mementingkan suatu golongan tertentu bukan kepada rakyat," katanya.
Apalagi, lanjut dia, biasanya cukup banyak intervensi terhadap kebijakan ekonomi dalam negeri saat menjelang pemilu yang hanya mementingkan golongan saja.
"Hal ini yang dikhawatirkan untuk Indonesia, secara fundamental ekonominya bagus, namun harus juga diikuti dengan kebijakan dari pemimpin yang kuat," katanya.
(T.KR-ZMF/S004)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011