Padang (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang, Sumatera Barat (Sumbar), berikan penanganan medis terhadap warga Kabupaten Limapuluh Kota atas nama Febri Yulianti yang mengalami kulit melepuh.

Saat ini kondisi Febri Yulianti yang dirawat di ruang Embun Pagi RSUP M Djamil Padang mulai membaik, dan terus dipantau oleh tim medis rumah sakit.

"Sejak dirujuk ke Rumah Sakit M Djamil kami terus memberikan penanganan medis, saat ini kondisinya mulai membaik dengan berkurangnya jumlah lesi pada kulit atau ruam," kata Dokter Penanggungjawab Pasien (DPJP) Febri Yulianti yang sekaligus Ketua Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Sumbar, dr. Raveinal SpPD-KAI, Selasa.

Hal itu dikatakannya saat menggelar jumpa pers di RSUP M Djamil Padang didampingi DPJP lainnya dr Gardenia Akhyar Sp KK (K), FINSDV, Direktur Sumber Daya Manusia (SDM), Pendidikan dan Umum Dr dr Dovy Djanas, dan lainnya.

Baca juga: Dinkes: Audit Komnas KIPI siswa Cianjur meninggal karena infeksi otak

Baca juga: Kasus KIPI pada anak lebih sedikit dibandingkan pada orang dewasa

Namun demikian, hingga saat ini pihaknya belum bisa menyimpulkan bahwa kejadian yang dialami oleh Febri Yulianti merupakan ikutan usai vaksinasi COVID-19 seperti yang diberitakan.

Raveinal mengatakan beberapa waktu lalu pihaknya telah melakukan rapat untuk mengumpulkan data riwayat pasien baik sebelum maupun sesudah dilakukan vaksinasi.

"Mulai dari pasien ini tiba di Faskes I, mendaftar untuk vaksinasi, proses skrining, divaksinasi, dan setelah dilakukan observasi, sampai mengalami radang pada kulit," katanya.

Hasilnya secara umum pasien diketahui bahwa Febri Yulianti menderita penyakit psoriasis yang merupakan kondisi ketika sel-sel kulit menumpuk dan menghasilkan bercak bersisik yang gatal dan kering.

"Jadi penyakit ini sudah diderita oleh pasien selama bertahun-tahun. Waktu vaksinasi kondisi pasien dalam kondisi tenang atau tanpa gejala," katanya.

Sesuai dengan panduan pemberian vaksin dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kata dia, orang yang memiliki penyakit auto imun bisa divaksinasi dalam kondisi tenang.

Selain itu vaksinasi tidak bisa disebutkan begitu saja sebagai pemicu psoriasis terhadap pasien, karena masih ada faktor lain yang bisa menjadi pemicu seperti stres, infeksi, faktor makanan, obat herbal, dan lainnya.

Sehingga untuk memastikannya butuh proses pemeriksaan lebih lanjut dengan alat yang tentunya canggih.

"Jadi belum bisa disimpulkan bahwa ini karena vaksinasi, yang pasti kami dari rumah sakit memberikan perawatan dan penanganan medis setiap pasien yang sakit," ujar dr Raveinal.

Berdasarkan rujukan kolegium dari persatuan ahli kulit seluruh Indonesia, tidak ada kontra indikasi antara pasien psoriasis dengan vaksin COVID-19.

DPJP lainnya yaitu dr Gardenia Akhyar Sp KK (K), FINSDV menyebutkan pasien atas nama Febri Yulianti merupakan pasien yang menderita penyakit psoriasis selama delapan tahun terakhir yang membuat sistem imunnya tidak seperti orang normal, khususnya pada kulitnya.

Ia menambahkan pasien atas nama Febri Yulianti selama 8 tahun terakhir melakukan pengobatan di berbagai tempat dan mengonsumsi sejumlah obat.

Ia juga menjelaskan berdasarkan rujukan kolegium dari persatuan ahli kulit seluruh Indonesia tidak ada kontra indikasi antara pasien psoriasis dengan vaksin COVID-19.

Gina mengatakan berdasarkan riwayat pasien tersebut mendapatkan vaksinasi pada bulan November 2021 di Kabupaten Limapuluh Kota, kemudian datang ke RSUP M Djamil pada 7 Januari untuk rawat jalan dengan kondisi tergolong berat.

"Pada saat itu kami sudah berikan sejumlah terapi sesuai dengan prosedur. Karena kasus psoriasis ini tidak hilang dalam waktu satu pekan makanya kami rujuk kembali ke RS Limapuluh Kota karena di sana fasilitas sudah lengkap," ujarnya.

Lalu pada tanggal 19 Februari 2022 pasien kembali datang ke RSUP M Djamil Padang lantaran kondisinya kembali buruk hingga akhirnya diambil keputusan bahwa pasien dirawat di M Djamil Padang.

"Alhamdulillah, setelah kami terapi kondisi pasien sudah mulai membaik terbukti dengan berkurangnya jumlah lesi pada kulit atau ruam," jelasnya.

Sementara Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) Pendidikan dan Umum Dr dr Dovy Djanas, menyebutkan sampai saat ini pihaknya belum bisa memastikan apakah vaksin memberikan dampak terhadap pasien.

Namun, yang jelas, pihaknya akan memberikan perawatan maksimal kepada pasien sampai kondisinya membaik.

"Jika sudah menunjukkan kondisi yang baik maka pasien bisa dirawat jalan di RS yang ada di Limapuluh Kota atau Payakumbuh," katanya.*

Baca juga: Komnas KIPI: Nocebo peringkat dua efek samping vaksin COVID-19

Baca juga: Komnas KIPI: Penyakit serius usai imunisasi bukan karena vaksinasi

Pewarta: Laila Syafarud
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022