Jakarta (ANTARA News) - Titik impas atau Break Even Point (BEP) proyek air bersih Aetra Air Tangerang senilai Rp520 miliar ditargetkan tercapai di bawah 10 tahun dari 25 tahun masa konsesi yang diberikan pada proyek pertama Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) itu.
"Kami optimistis BEP dapat tercapai di atas 8 tahun, tetapi di bawah 10 tahun masa konsesi," kata Direktur Utama PT Aetra Air Tangerang (AAT), Abdulbar Mansoer kepada pers di sela Kunjungan Kerja Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto di proyek itu dalam rangka persiapan operasi dan pelayanan kepada masyarakat, Senin.
Mansoer menjelaskan, optimismenya bahwa tingkat permintaan terhadap produk air bersih siap minum ini akan terus meningkat karena selain harganya kompetitif dan kualitas yang optimal, kondisi air tanah Tangerang tidak terlalu bagus.
"Sekali masyarakat dan industri berlangganan produk kami, mereka akan terus memakainya karena daya saingnya tinggi ketimbang harus menggunakan air bersih yang dibeli secara eceran, atau menggunakan air tanah sekalipun," katanya.
Selain itu, dalam klausul kontrak yang ditandatangani dengan pemerintah, harga air AAT dapat menyesuaikan setiap tahun sesuai inflasi minimal enam persen atau setiap dua tahun 12 persen.
Proyek berkapasitas 900 liter per detik itu, kata Mansoer, pada tahap pertama sebesar 350 liter per detik, akan siap disalurkan kepada 8000 pelanggan rumah tangga dan 21 pelanggan industri di dua dari tiga kecamatan di Tangerang yakni Pasar Kemis dan Sepatan.
"Tahap kedua, awal tahun depan sebesar 275 liter per detik akan diselesaikan hingga akhir tahun depan sisanya 275 liter per detik dengan total pelanggan sasaran sebesar 72 ribu sambungan rumah tangga dan industri," katanya.
Dia juga menyebut, selama lima tahun pertama, jumlah pelanggan air mereka yakni sebesar 70 persen kalangan rumah tangga, dan 30 persen sisanya untuk kalangan industri.
"Namun angka ini bisa berubah sesuai kebutuhan dan permintaan," katanya.
Sementara itu, Direktur Teknis PT Aetra Tangerang Eddy Sasono mengatakan saat ini total layanan pipa terpasang baru mencapai 127 kilometer yakni 27 kilometer untuk pipa besar dan 100 kilometer untuk pipa kecil.
Artinya, total pipa terpasang sesuai permintaan pelanggan baru mencapai 45 persen dari total rencana 350 kilometer pipa terpasang.
Jadi Model
Kepala Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM), Kementerian Pekerjaan Umum, Rachmat Karnadi mengatakan, proyek ini berdasarkan Peraturan Presiden 67/2005 dan keterlibatan swasta mencapai 100 persen.
"Resiko murni milik swasta, pemerintah hanya fasilitator. Namun, proyek ini merupakan contoh keberhasilan dari 26 proyek investasi air bersih yang ditawarkan pemerintah pada pertemuan infrastruktur 2006," katanya.
Jadi, tegasnya, proyek ini sangat berbeda dengan Perpres 13/2010 yang masih mengikutsertakan kontribusi pemerintah di dalamnya antara lain berupa jaminan pada investor jika dalam pelaksanaan proyek terdapat wan prestasi dari pemerintah.
Selain itu pemerintah juga akan ikut serta dalam pembangunan infrastruktur jika terdapat selisih harga jual dari harga air yang ditetapkan pemerintah.
Harga jual air yang diproduksi PT AAT ini, yakni sekitar Rp4.400/ meter kubik atau Rp4,4 per liter untuk kategori rumah tangga dan Rp13.200 / meter kubik atau Rp13,2 per liter untuk kategori industri.
Sedangkan untuk harga jual air bersih di PDAM Kabupaten Tangerang ini sekitar Rp2.900/ meter kubik dan di PDAM Kota Tangerang sekitar Rp4.500/meter kubik untuk kategori rumah tangga.
PT AAT memegang konsesi selama 25 tahun dan setelah itu, sesuai kontrak bisa dinegosiasikan kembali dengan pemerintah daerah setempat karena dalam klausul kontrak, pemda mendapat royalti setiap tahunnya.
"Terserah pemdanya nanti, apakah diteruskan dikelola oleh AAT atau menggandeng BUMD Pemda. Namun, biasanya pengelolaan oleh swasta itu lebih efisien," katanya. (E008/S025/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011