Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah 4,5 miliar dollar AS bantuan luar negeri untuk rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh telah direalisasikan. "Sampai Desember 2005, dari 7,1 miliar US Dollar yang dijanjikan, 4,5 miliar dollar AS sudah dibayar," kata Ketua BRR Kuntoro Mangkusubroto dalam Presentrasi Progres Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh kepada negara-negara donor di Jakarta, Kamis. Dia menjelaskan bantuan tersebut digununakan untuk membangun rumah, jalan, jembatan, mesjid, rumah sakit dan rumah yatim piatu. "Jadi yang 4,5 miliar dollar AS tersebut adalah gabungan proyek-proyek atau program yang sudah dilelang, yang sudah dialokasikan, dan untuk program tertentu," katanya. Ia menambahkan dana operasional BRR selama empat tahun hingga 2009 dari APBN adalah Rp9,6 triliun. "Itu satu-satunya. Yang lain adalah fungsi dari program NGO, fungsi dari program negara donor dan negara lainnya," katanya. Lebih lanjut ia mengatakan, seluruh bantuan tersebut bersifat hibah sehingga tidak ada persyaratan atau konsesi apapun di balik bantuan tersebut. Kuntoro Mangkusubroto juga menjanjikan bahwa bantuan-bantuan luar negeri yang masuk tidak akan dikorupsi karena program pengelolaan yang transparan dan pengawasan yang optimal. Ia menambahkan delapan proyek yang sudah dilelang sempat dibatalkan karena tidak transparan dan juga telah mengusulkan pergantian lima pimpinan proyek yang dianggap tidak kompeten. "Pengawasan untuk mencegah korupsi sudah berlapis-lapis. Kita punya satuan anti korupsi yang salah satu penasehatnya adalah bekas Ketua KPK Hongkong," katanya. Sedangkan untuk audit internal BRR akan diperiksa oleh Erns & Young yang akan membuat sistem keuangan BRR. "Semua yang berkerja di sana juga menandatangani `integriti pack`," katanya. Sementara itu ia mengatakan hingga saat ini laporan dugaan penyalahgunaan dana bantuan sebanyak 342 kasus. Tercatat 30 kasus, di antaranya terindikasi kuat adanya penyimpangan. Dari 30 kasus itu sudah ada kasus yang diserahkan ke Komisi Pembarantasan Korupsi (KPK). "Indikasi korupsi ada tapi kalau kita ambil langkah cepat maka mungkin tidak terealisasi. Ini langkah preventif," jelasnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006