Bekasi (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil meminta semua kabupaten dan kota di wilayah provinsi itu untuk meningkatkan kapasitas tempat tidur rumah sakit seperti saat puncak COVID-19 varian Delta.
"Memasuki gelombang ketiga COVID-19, saya meminta perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate) menggunakan kapasitas maksimal seperti saat puncak varian Delta. Di awal tahun varian Delta turun, kapasitas rumah sakit juga turun," ujar Ridwan Kamil saat Rapat Komite Kebijakan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat di Kantor Pemkot Bekasi, Senin.
Baca juga: Kasus harian COVID-19 RI tambah 34.418 orang, Jabar sumbang terbanyak
Baca juga: Satgas: Jabar tambah kasus harian positif COVID-19 terbanyak
Ridwan Kamil juga meminta kepada seluruh pemda kabupaten/kota agar menegakkan protokol kesehatan 5M dan sesuai arahan Presiden Joko Widodo, memakai masker adalah hal yang paling ditekankan.
"Arahan Presiden prokes paling utama adalah masker. Arahan Pak Luhut ekonomi kita buka dengan bijak, tapi urusan masker lebih ditingkatkan. Jadi saya titip paling fundamental meningkatkan kedisiplinan masker," katanya.
Di saat yang sama, tes (testing), telusur (tracking), dan tindak lanjut (treatment) harus terus dilakukan oleh pemerintah daerah. Dengan kombinasi ini, gubernur meyakini virus COVID-19 varian Omicron bisa teratasi.
"Apapun namanya (varian COVID-19) solusinya itu saja. Rakyat patuhi prokes, negara mencari, merawat, men-treatment," kata Kang Emil.
Selain itu, Kang Emil meminta kepada seluruh kepala daerah, TNI/Polri untuk mempercepat vaksinasi, khususnya para lansia yang belum mendapatkan vaksin kedua.
Langkah ini sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari COVID-19 varian Omicron yang menyebar begitu cepat.
Sebab, menurut Kang Emil, dari hasil penelitian di Jawa Barat, mereka yang meninggal karena COVID-19 adalah golongan lansia dan yang belum divaksin.
Baca juga: Satgas: Kasus baru positif COVID-19 di Garut-Jabar tembus 1.000 lebih
Bagi daerah yang tingkat vaksinasinya sudah tinggi didorong untuk melaksanakan vaksinasi booster (penguat), sehingga tidak ada berita tentang vaksin COVID-19 yang kedaluwarsa.
"Kemudian tidak boleh ada vaksin yang kedaluwarsa, jadi jemput bola untuk segera dilakukan, kemudian dikombinasikan dengan kebijakan pelayanan publik," kata Kang Emil.
"Titip lansia, karena mayoritas yang meninggal dunia pada usia lansia dan yang belum divaksin. Jadi, kalau ada lansia yang belum divaksin itu adalah yang paling rawan oleh Omicron," katanya.
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022