Purwokerto (ANTARA) - Peneliti dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Ropiudin mengatakan Presidensi G20 Indonesia 2022 merupakan wahana untuk memperkuat komitmen global dalam kemajuan dan pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT).
"Salah satu isu presidensi G20 adalah ekonomi hijau dan energi hijau, sebagai bagian dari transisi energi berkelanjutan. Presidensi G20 merupakan momentum untuk memajukan energi baru dan terbarukan," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin.
Peneliti senior laboratorium teknik sistem termal dan energi terbarukan Unsoed tersebut mengatakan Keketuaan Indonesia selama satu tahun ke depan dalam forum G20 perlu dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan EBT.
"Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber energi terbarukan harus menjadi 'leading' dalam pengembangan EBT yang melibatkan institusi riset, industri, pemerintah mulai dari pusat hingga daerah serta masyarakat. Pengembangan EBT yang komprehensif akan memberikan akselerasi dalam pengembangan ekonomi hijau dan energi hijau," katanya.
Selain itu, kata dia, sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia, Indonesia juga perlu menjadi model pengembangan bioenergi.
"Tentu menjadi dorongan besar bahwa Indonesia akan mampu menjadi model penghasil biodiesel terbesar di dunia. Didukung oleh potensi biomassa lainnya untuk menghasilkan biodiesel dan bioenergi yang sangat besar. Isu-isu terkait dengan sawit untuk pangan dan energi dapat diselesaikan dengan program ekstensifikasi lahan sawit," katanya.
Dewan Penasihat Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (Perteta) Cabang Purwokerto tersebut mengatakan Indonesia juga perlu menjadi model Pengembangan EBT berbasis masyarakat.
"Partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk meningkatkan pemanfaatan EBT dengan memanfaatkan secara maksimal sumber energi setempat untuk proses-proses produktif," katanya.
Menurut Ketua Bidang Riset Aliansi Dosen Nahdlatul Ulama (Nahada) Jateng - DIY itu, masyarakat dengan didampingi perguruan tinggi atau Badan Riset dan Inovasi Nasional BRIN) serta industri dapat mengembangkan teknologi tepat guna berbasis sumber energi setempat.
"Dampak positif kegiatan ini adalah pengembangan kawasan ekonomi hijau, peningkatan ekonomi, kemandirian teknologi, kemandirian energi dan peningkatan daya saing bangsa dalam pengembangan ekonomi hijau dan energi hijau," katanya.
Baca juga: AIPI soroti transisi energi berkelanjutan di perhelatan G20
Baca juga: G20, mendorong transisi energi dari daerah lumbung energi untuk dunia
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022