Sydney (ANTARA) - Pasar saham Asia merosot dan minyak melonjak pada perdagangan Senin pagi, di tengah peringatan bahwa Rusia akan menyerang Ukraina, mempertaruhkan sanksi yang dapat memicu lonjakan lebih lanjut dalam biaya energi dan memicu inflasi global.
Rusia meningkatkan taruhannya dalam permainan diplomatik berisiko tinggi dengan memperluas latihan militer di Belarus, sementara citra satelit dari Maxar menunjukkan beberapa pengerahan kendaraan lapis baja dan pasukan baru di dekat perbatasan dengan Ukraina.
Seorang penasihat Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Prancis dan Rusia telah sepakat bahwa pertemuan Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa akan diadakan pada Senin.
Harga minyak naik hampir 2,0 persen dalam transaksi awal dan obligasi pemerintah berjangka menguat. Indeks S&P 500 berjangka turun 0,6 persen dan Nasdaq berjangka melayang 1,2 persen. Pasar AS libur pada Senin tetapi kontrak berjangka masih diperdagangkan.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,4 persen, sedangkan indeks Nikkei Jepang anjlok 1,9 persen.
Survei terbaru para fund manager global dari BofA mengkonfirmasi perubahan bearish karena kepemilikan uang tunai naik ke level tertinggi sejak pertengahan 2020. Dana-dana memiliki porsi kelebihan terbesar dalam energi dalam satu dekade, dan merupakan yang paling sedikit di bidang teknologi dalam 15 tahun.
Pasar yang juga diresahkan prospek pengetatan agresif oleh Federal Reserve AS karena inflasi merajalela. Ukuran inflasi inti yang disukai Fed akan dirilis pekan ini dan diperkirakan menunjukkan kenaikan tahunan sebesar 5,1 persen, laju tercepat sejak awal 1980-an.
"Pembacaan inflasi Januari mengejutkan secara material menguat," kata kepala ekonom JPMorgan Bruce Kasman.
"Kami sekarang menunggu The Fed untuk menaikkan 25 basis poin pada masing-masing dari sembilan pertemuan berikutnya, dengan tingkat kebijakan mendekati sikap netral pada awal tahun depan."
Setidaknya enam pejabat Fed akan berbicara minggu ini dan pasar akan sangat sensitif terhadap pandangan mereka tentang kemungkinan kenaikan 50 basis poin pada Maret.
Komentar baru-baru ini telah condong ke langkah drastis seperti itu dan indeks berjangka telah mengurangi kemungkinan kenaikan setengah poin menjadi sekitar 20 persen dari jauh di atas 50 persen seminggu yang lalu.
Itu membantu obligasi pemerintah jangka pendek mengurangi sedikit kerugian mereka minggu lalu, sementara seluruh kurva bullish mendatar karena pembelian safe-haven menarik imbal hasil 10-tahun turun menjadi 1,92 persen.
Pasar mata uang relatif tenang dengan indeks dolar AS hanya sedikit lebih kuat minggu lalu dan terakhir diperdagangkan di 96,100, jauh di bawah puncak 97,441 baru-baru ini.
Euro bertahan di 1,1317 dolar tetapi jelas rentan jika Rusia benar-benar memulai perang darat di Eropa. Dolar kurang beruntung versus yen Jepang, yang memiliki status safe-haven sendiri, dan terakhir tertahan di 114,91 dan mengancam garis dukungan di 114,78.
Emas telah diuntungkan dari statusnya sebagai salah satu tempat aman tertua, naik ke tertinggi sembilan bulan, dan terakhir di 1.903 per dolar AS per ounce.
Kenaikan harga minyak pada Senin terjadi setelah mereka mengalami kerugian mingguan pertama dalam dua bulan pekan lalu di tengah tanda-tanda tentatif kemajuan pada kesepakatan Iran yang dapat melepaskan pasokan baru ke pasar.
Namun, kesepakatan masih terlihat jauh, dan diimbangi oleh risiko sanksi terhadap produsen minyak utama Rusia.
Para menteri dari negara-negara penghasil minyak Arab pada Minggu (20/2/2022) menolak seruan untuk memompa lebih banyak dan mengatakan OPEC+ - aliansi negara-negara OPEC dan pemasok lain termasuk Rusia - harus tetap berpegang pada kesepakatannya saat ini untuk menambah 400.000 barel minyak per hari.
Brent naik 1,22 dolar AS menjadi diperdagangkan di 94,76 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS naik 1,76 dolar AS menjadi diperdagangkan di 92,83 dolar AS.
Baca juga: Mata uang Asia sebagian besar naik tipis, fokus risiko Rusia-Ukraina
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022